Tugas Tim Cook yang menerima tongkat estafet setelah kepergian Steve Jobs tidaklah ringan. Selama kepemimpinan Jobs, Apple selalu masuk dalam daftar “Top 100 Most Innovative Companies” versi Forbes.
Tak mengejutkan jika banyak pihak yang mempertanyakan kesanggupan Cook dalam melanjutkan tradisi inovasi yang sudah menjadi diferensiasi dari perusahaan berlogo buah apel ini.
Sejarah membuktikan bahwa pada saat kepergian Jobs yang pertama setelah ‘disingkirkan’ oleh Scully dan koleganya pada tahun 1986 tingkat “innovation premium” Apple anjok dari 37% menjadi minus 38%. Dua hal utama yang menyebabkan turunnya angka tersebut adalah kegagalan perusahaan dalam melakukan inovasi dan turunnya kepercayaan investor. Tentu keduanya saling terkait.
Sekembalinya Jobs ke Apple, ia merustrukturisasi para manajer senior dan menempatkan orang-orang yang inovatif sekaligus mampu mengeksekusi ide untuk menduduki posisi-posisi tersebut.
Hasilnya adalah produk-produk inovatif mulai dari iMac, iTunes, iPod, iPhone hingga iPad yang memulihkan nama besar Apple sekaligus mengembalikan tingkat kepercayaan investor.
Menurunnya kinerja Apple pasca kepergian pertama Jobs terobati dengan kembalinya Jobs ke perusahaan tersebut. Tapi kini Jobs tidak mungkin kembali, dan Cook adalah penentu arah Apple selanjutnya.
Pergantian kepemimpinan adalah sebuah siklus yang harus dihadapi oleh setiap organisasi. Sejarah menunjukkan bahwa bukan tidak mungkin mengembalikan organisasi kembali pada jalurnya setelah seorang pemimpin yang dianggap sebagai ‘ikon’ dalam organisasi tersebut mundur. Namun sejarah juga menunjukkan bahwa diperlukan waktu yang tidak singkat untuk mengembalikan organisasi pada jalurnya.
Sony sebagai contoh, pasca mundurnya Akio Morita butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih. Baru pada tahun 2001 Sony kembali pada kepemimpinan inovasi yang pernah menjadi diferensiasinya.
Berkaca dari organisasi-organisasi yang pada akhirnya kembali pada performanya, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Tim Cook dan timnya.
Pertama, menempatkan orang –orang yang memiliki nilai-nilai inovatif (questioning, observing, netwroking, experimenting dan associational thinking) pada posisi manajer senior dan posisi strategis lainnya.
Kedua, membentuk atau mempertahankan budaya organisasi yang memberi peluang seluas-luasnya bagi ide-ide baru yang muncul dari setiap anggota organisasi disertai jalur komunikasi yang semaksimal mungkin memudahkan tersampaikannya ide-ide tersebut pada pihak-pihak yang memiliki wewenang.
Ketiga. Pertahankan setiap karyawan untuk memiliki filosofi ‘think different’ dan berikan penghargaan bagi yang mampu melakukannya.
Namun selain tiga hal di atas masih tetap menjadi pertanyaan apakah Tim Cook memiliki intuisi yang kuat untuk industri yang digeluti Apple sama halnya dengan Jobs melihat peluang pada mouse ketika perusahaan besar seperti Xerox mentertawakannya? Atau manakala ia melihat potensi besar pada GUI (graphical user interface)? Pun juga semasa ia berpisah dari Apple dan membeli perusahaan milik George Lucas yang diubahnya menjadi Pixar?
Intuisi-intuisi Jobs yang melihat jauh kedepan sebelum segalanya terjadi harus diakui adalah kekuatan utama Apple yang melahirkan iMac, iTunes, iPod, iPhone dan iPad.
Cook sendiri sebelumnya memiliki reputasi dan teruji sebagai seorang pemimpin yang memiliki kemampuan luar biasa dalam mengeksekusi ide-ide. Meski demikian kemampuannya dalam melahirkan ide belumlah teruji, Bahkan pilihannya untuk ‘menunda’ iPhone 5 dan menggantinya dengan iPhone 4S oleh banyak analis dianggap sebagai tanda bahwa ia adalah tipe pemimpin yang memilih jalan aman dan berhati-hati, bukan pemimpin yang intuitif.
Jobs sendiri suatu ketika pernah berkata bahwa inovasi adalah pembeda antara pemimpin sejati dengan pemimpin yang hanya menjadi pengikut.
Tapi benarkah Apple masih membutuhkan kepemimpinan inovasi saat ini? Atau justru harus lebih mendahulukan stabilitas untuk sementara waktu sehingga Jobs merekomendasikan Cook sebagai penggantinya?
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu membawa organisasi biasa menjadi hebat. Namun pemimpin hebat adalah ia yang mampu membawa organisasi hebat menjadi luar biasa.
Waktulah yang akan menjawab apakah Cook adalah seorang pemimpin sejati atau tak lebih dari sekedar penerus yang berada di bawah bayang-bayang Jobs.
Happily married, father of a wonderful boy, a passionate Content Strategist. Liverpool FC and Melbourne Victory fan. Traditional martial artist.
I’m going to be myself, do what I think is right. If they don’t like it, so be it. ~ Satrio ~|
Read more posts here||
I’m an ISTJ-A