At 19 month J could count from 1 to 11 in correct order (rarely missed number 9). It is kind of surprise for us because we do not thought him to count deliberately. I’m happy and proud for sure, but should I worry ? :hmm: I don’t think so. :senyum:
Pada usia 19 bulan J dapat menyebutkan angka 1-11 dengan berurutan, walaupun kadang ia ada angka yang terlewat. Ia juga sudah mengerti kalau misalnya sedang bermain dengan kubus lalu ditanya: “J kubusnya ada berapa?” misalnya ia sedang bermain dengan 3 kubus, ia akan menghitung “satu, dua, tiga” dan kemudian dengan gembira menyebutkan “tiga!!!” :sempoa: Kami orangtuanya cukup terkejut dan takjub ketika pertama kali J menghitung 1-11 karena kami tidak pernah secara khusus mengajarkan berhitung.
Lalu dari mana J bisa menghitung? Kami memang tidak pernah mengajarkan berhitung, tapi kami memperkenalkan angka sejak dini dan juga menghitung. Aku banyak membaca mengenai perkembangan anak sejak dari dalam kandungan, oleh karenanya aku cukup mengerti bahwa anak membutuhkan stimulasi untuk membantu perkembangan otaknya. Selain itu, pada usia toddler atau sejak bisa berjalan sampai dibawah tiga tahun (batita), keingintahuan dan keinginan mempelajari banyak hal berkembang pesat. Ditambah pula, pada usia-usia itu semakin bertambah kemampuannya untuk mengingat bahwa benda-benda, manusia, dan binatang masing-masing memiliki nama. Menurut Linda Acredelo dan Susan Goodwyn (keduanya dosen psikologi dan perkembangan anak), seorang anak mengkoneksi bahwa benda yang bulat berwarna-warni adalah bola dan mengkoneksi simbol huruf atau angka dengan namanya, merupakan pekerjaan otak yang sama. Bedanya adalah benda-benda tertentu lebih mudah diingat karena menjadi bagian dari interaksi dalam percakapan dan kehidupan anak, sementara tidak demikian dengan huruf dan angka. Jadi, kami memutuskan untuk menjadikan huruf dan angka bagian dari percakapan sehari-hari dan tidak membuatnya seperti belajar. :ting:
Sebelum J berusia enam bulan, aku membuat simbol angka 1, 2, dan 3 lalu kugantung di area bermain J. Kemudian saat Jberusia sekitar satu tahun, aku menggantinya dengan warna yang lebih semarak dan menambahnya sampai angka 5. Angka-angka tersebut kutaruh dibeberapa tempat yang berbeda di area bermain J. Dengan demikian, angka bukan merupakan sesuatu yang asing dan sudah biasa ia lihat dan dengar namanya. Kemudian saat J berusia sekitar 18 bulan, aku menulis daftar deret angka berurutan dari 0 sampai 9 menggunakan spidol warna-warni dan menempelnya di dinding. Bagi j adalah permainan yang mengasyikkan menunjuk angka tertentu dan aku mengucapkan angka berapa yang dia tunjuk. Setelah melakukannya berulang kali, J tahu jika aku menyebut dengan keliru angka yang dia tunjuk. Misalnya dia menunjuk angka 8 dan aku mengatakan 9, dia tahu dan membetulkan.
Selain itu, ketika bermain kami suka mengajaknya menghitung apapun yang dia pegang, misalnya dia bermain batu, aku akan mengajaknya menghitung batu-batu itu. Pada intinya kami menyelipkan angka dan menghitung dalam acara bermain, prinsipnya adalah melakukan dengan menyenangkan dan tanpa paksaan. Selain itu, yang sangat penting adalah melihat pada respon dan reaksi anak. Misalnya suatu ketika J diajak memasukkan spidol ke wadahnya satu persatu sambil dihitung, tapi dia memilih memasukkan beberapa sekaligus, ya sudah jangan memaksa menghitung. Kalau sekarang sih, seringkali J yang memulai permainan menunjuk angka, atau menghitung satu, dua, tiga sebelum melempar bola, atau menghitung kubus yang ada di gerbong kereta apinya. :gembira:
Aku setuju untuk tidak mengajarkan calistung (membaca, menulis, berhitung) di usia PAUD atau TK, artinya aku setuju jika anak usia sebelum tujuh tahun tidak dipaksa dengan suatu tuntutan tuntas dan penilaian. Namun demikian, bukan berarti menabukan atau dengan sengaja tidak memperkenalkan dasar-dasar calistung pada anak. Menurutku, yang kulakukan adalah memperkenalkan dan sama sekali tidak ada tuntutan apapun. Mengapa J kemudian bisa menyebutkan angka 1-11 dengan berurutan? jawabannya sederhana, repetisi. Pengulangan membuat anak terbiasa dan akan teringat secara alamiah. memang anak usia toddler sangat menyukai pengulangan, karena pengulangan membantu mereka untuk belajar, merasa nyaman, bisa memprediksi dan belajar mengingat. Belum lagi jika sesuatu (entah angka, lagu, cerita) sudah diulang berkali-kali, mereka bisa ikut menyebutkan atau berpartisipasi. Hal ini membuat toddler merasa terlibat dan gembira. :gembira:
Jadi, tugas orang tua adalah memberikan stimulasi yang sesuai untuk mendukung perkembangannya. Jangan sampai justru salah memahami seolah-olah mengenalkan angka dan dasar berhitung adalah tindakan yang berlebihan. Intinya adalah lakukan dengan santai, gembira dalam suasana bermain, dan tanpa paksaan. :ok:
Proud wife and mom. Academic Staff at Fakultas Hukum UKSW, a current Melbourne Law Masters Student.
I’m actively search for the positive side of everything ~ Indirani Wicaksono ~
Read more posts by this author here||