Terletak kurang lebih 7,7 km dari CBD, Williamstown adalah salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi jika Anda singgah di Melbourne. Untuk mencapai lokasi tersebut ada banyak cara. Bagi Anda yang memiliki atau menyewa mobil maka perjalanan bisa ditempuh lewat melalui West Gate.
Jika Anda tidak menggunakan atau menyewa kendaraan pribadi jangan khawatir, transportasi publik di Melbourne sangat nyaman dan mudah diakses. Kereta dan Feri adalah dua transportasi publik yang bisa membawa Anda menuju Williamstown.
Dengan kereta waktu tempuh memang lebih singkat, namun menggunakan feri lebih banyak pengalaman dan sensasi yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan menyusuri sungai Yarra yang sangat indah.
Kami berdua lebih memilih feri untuk menuju ke Williamstown, sehingga perjalanan wisata sudah bisa dirasakan sejak dari Yarra River. Oerjalanan menuju Williamstown dengan feri menyusuri sungai Yarra dimulai dari South Gate. Jangan khawatir, tempat ini sangat mudah ditemukan sekalipun baru pertama kali berkunjung ke Melbourne.
Sampai di South Gate sudah banyak petunjuk tempat pembelian tiket. Ada beberapa pilihan jalur dan harga, tiket yang kami beli adalah tiket perjalanan PP dari Southgate ke Williamstown dan sebaliknya seharga $29/orang.
Meski membeli tiket PP bukan berarti tidak bisa menikmati keindahan Williamstownm, sebab Anda bebas memilih jam berapa Anda akan kembali ke Southgate.
Menyusuri sungai Yarra dengan Melbourne River Cruises (ferri) membuat saya sadar betapa dalam kurun waktu 15 tahun keadaan kota Melbourne sudah demikian berubah. Banyak bangunan dan tempat-tempat baru yang kala itu belum ada kini sudah berdiri dengan megahnya.
Lewat perjalanan ini pula pertama kalinya dari jauh kami melihat keadaan wilayah Docklands yang pembangunannya masih berlangsung. Bangunan tempat tinggal mewah yang dulu belum ada kini sudah banyak berdiri di sepanjang sungai Yarra komplet dengan Yacht-yacht di pinggirnya.
Meski hari ini secara resmi adalah hari pertama musim semi di Melbourne namun hawa dingin masih menusuk terlebih ketika menyusuri sungai dengan ferri. Jadi meski sudah masuk musim semi bukan berarti jaket, scarf dan sarung tangan bisa ditinggalkan di rumah begitu saja.
Kami cukup beruntung hari ini cuaca bisa dibilang cerah sesuai prakiraan cuaca yang sudah kami lihat sebelumnya. Sebab meski sudah masuk bulan September (musim semi) namun cuaca di Melbourne sungguh sulit diprediksi. Hujan dan angin kencang masih sering terjadi. Jangan mengira angin di sini seperti angin di Indonesia, pada kondisi terburuk angin bisa mencapai kecepatan 120 km/jam disertai gerimis. Kata orang Indonesia yang pernah tinggal di Melbourne jangan beli payung Indonesia karena tidak kuat menahan angin di Melbourne, Tapi saya lihat payung yang dijual di sini dengan logo “Australian Made” sama saja tak mampu menahan angin, sudah beberapa kali saya lihat payung patah ketika angin bertiup kencang.
Setelah menempuh dan menikmati perjalanan kurang lebih selama 55 menit kami pun tiba di Williamstown. Dari tepi pelabuhan tak tampak banyak hal berubah dibandingkan ingatan saya mengenai tempat ini.
Contents
HMAS Castlemaine
Saat mendarat pertama-tama yang terlihat adalah kapal perang HMAS Castlemaine yang bersandar tak jauh dari tempat ferri yang kami tumpangi berlabuh. Menurut penjelasan petugas di Castlemaine, kapal ini adalah satu dari 30 kapal perang kelas Corvette yang dimiliki Angkatan Laut Australia pada PD II. Kala itu kapal ini beroperasi sepanjang perairan Australia hingga ke Timor (sekarang Timor Leste) di bawah komando pasukan Sekutu.
Selama beroperasi, Castlemaine melakukan beberapa operasi penyelamatan dan bertempur dengan pesawat-pesawat Jepang. Setelah mundurnya Sekutu dari perairan Timor, kapal ini difungsikan sebagai kapal penyapu ranjau dan melakukan penjagaan di perairan Australia.
Saat ini kapal Castlemaine sudah tidak lagi beroperasi, diistirahatkan di pelabuhan Williamstwon kapal ini menjadi salah satu obyek wisata yang hampir selalu dikunjungi oleh mereka yang berada di Williamstown.
Untuk masuk ke tempat ini harga tiket untuk satu orang dewasa adalah $6, cukup murah jika dibanding harga tiket tempat wisata lain di Melbourne. Di dalam kapal ini bisa dilihat kamar-kamar, dapur, kamar mandi dan sebagainya. Sayang perabotan-perabotan yang ada di dalam kapal ini sudah tidak lagi asli, sebab yang asli sudah banyak mengalami kerusakan. Begitulah informasi yang kami peroleh dari pemandu wisata di kapal itu.
Pada bagian tengah kapal sudah diubah menjadi museum dimana pengunjung tidak diijinkan untuk mengambil foto ataupun videonya. Ruang mesin pun sudah tidak berisikan mesin asli kapal ini.
Di bagian luar bisa dilihat berbagai peralatan yang dipakai saat perang seperti alat penyapu ranjau, bom kapal selam dan misil anti pesawat yang menjadi favorit para pengunjung dari anak-anak hingga dewasa sampai harus antri untuk menikmatinya.
Sebelum keluar di sebelah kanan terdapat beberapa souvenir khas Castlemaine seperti magnet kulkas, kartu pos, mug dan sebagainya. Tidak variatif dibanding tempat lain, namun cukup berharga sebagai kenang-kenangan kunjungan Anda.
Kafe dan Open Area
Sebenarnya banyak yang bisa dilihat di Williamstown, di tempat ini juga terdapat Visitor Center dimana Anda bisa bertanya pada petugas yang luar biasa ramah sekalipun tidak dibayar (sukarela) dan mengambil buku-buku ataupun brosur-brosur mengenai Williamstown dan Melbourne secara gratis. Saat kami mengunjungi Visitor Center ternyata sepasang suami istri berusia sekitar 60 tahunan yang sedang bertugas di tempat itu pernah melakukan perjalanan berkeliling Pulau Jawa. Sayang ketika kami sebutkan Kota Salatiga, tak satupun dari mereka berdua yang pernah mendengar namanya. Padahal Solo, Yogya dan Semarang termasuk kota yang mereka singgahi kala itu…. Tak heran sih, ketika saya bekerja di Sukabumi juga mayoritas penduduk di sana belum pernah mendengar nama Salatiga. Apalagi di sini…. :swt:
Kafe dan open area juga adalah dua hal yang menarik dari Suburb Williamstown. Deretan kafe-kafe berjajar di sepanjang jalan dan masih sama seperti kala ketika saya menikmati secangkir kopi di sini lima belas tahun yang lalu.
Jika Anda penggemar masakan Italia maka pasti Anda akan dipusingkan dengan berbagai pilihan yang ada. Begitu banyak yang ingin dinikmati namun tak sebanding dengan kapasitas perut membawa pada kondisi yang sulit untuk membuat keputusan, lebih-lebih kalau kantong juga tidak seberapa…. :peace:
Siang itu kami memutuskan untuk makan di Breeze Restaurant. Sama seperti kafe lain di tempat ini pengunjungnya sangat padat dan pelayan tampak sibuk. Kalau di Indonesia kita bisa memilih tempat duduk semaunya, tidak demikian dengan di sini terutama pada jam sibuk. Karena kami hanya berdua maka kami juga harus duduk di meja yang khusus disediakan untuk dua orang meski posisinya kurang strategis.
Satu pan Breeze Special (pizza) dan satu porsi risotto disertai satu gelas mix juice dan segelas apple juice lebih dari cukup untuk makan siang kami berdua. Masakan di sini benar-benar istimewa, juice-nya pun sangat segar dan asli.
Lagi-lagi jangan mengkonversi harga apapun di sini ke dalam rupiah, bisa-bisa Anda tidak tega untuk menelan makanan dan minuman…. :pusing:
Tepat di seberang deretan kafe terdapat open area yang luas, bersih dan nyaman. Pada akhir minggu mayoritas pengunjungnya adalah keluarga-keluarga dengan anak yang masih kecil.
Melihat para ayah yang bermain-main dengan anak-anaknya yang masih kecil (bayi dan toddler) membuat saya tak sabar menantikan kelahiran anak pertama kami dan mengajaknya bermain di sini.
Enaknya di Melbourne orang tidak harus punya banyak uang untuk mengajak anak berekreasi. Banyak tempat-tempat yang bisa dikunjungi secara gratis dengan kondisi dan fasilitas yang lebih dari layak. Paling hanya transportasi dan makan saja yang mengeluarkan biaya. Kalau mau irit lagi bisa bawa makan dari rumah dan untuk lokasi-lokasi tertentu bisa juga naik tram dan shuttle bus gratis (tidak termasuk Williamstown).
Bayangkan open area gratis di Indonesia, kotor, tercemar polusi kendaraan dan perokok yang tak peduli pada orang lain termasuk bayi dan anak-anak, belum lagi di sudut-sudut tertentu yang diwarnai muda-mudi pacaran dengan mesumnya. :entahlah:
Tak terasa waktu berlalu di Williamstown dan karena pukul 4.30 pm adalah jadwal ferri terakhir yang menuju ke kota maka kami harus mengakhiri kunjungan melepas penat di Williamstown yang jauh dari kesibukan dan hiruk pikuk kota. Pukul 4.30 lebih sedikit kapal ferri yang kami tumpangi mulai berlayar menuju Southgate.
God is going to take care of us, whether or not we can see down the road.
He will not let us walk in darkness and leave us there alone.
He will not let us walk to a place and abandon us ~The Wicaksonos~