Setiap karyawan tahu bahwa dimanapun mereka berkerja tak pernah terlepas dari office politics. Beberapa orang memainkan peran dengan baik, beberapa lagi asyik berpolitik untuk memperoleh kemenangan pribadi tanpa memerhatikan kepentingan organisasi. Sementara beberapa orang lain pilih menjauh dan berusaha mengembangkan diri sambil mengerjakan setiap tugas sebaik-baiknya.

Di antara ketiganya dimanakah posisi Anda? Selama Anda dalam sebuah organisasi pastilah Anda berada pada posisi salah satu dari ketiganya.

Office PoliticsOffice politcs bagi beberapa orang memang tidak memberikan rasa nyaman. Ada yang berpikir bahwa office politics hanya alat untuk menempuh kepentingan pribadi tiap-tiap anggota organisasi. Bahkan pada tahap tertentu dimana orang-orang di dalamnya masih belum cukup dewasa dalam berpolitik, tak jarang konflik yang terjadi terbawa hingga ke ranah pribadi yang tidak perlu.

Namun terlepas dari dampak negatif yang sering muncul sebagai akibat ketidakdewasaan pribadi-pribadi dalam organisasi, office politics bukan sesuatu yang seharusnya dihindari oleh seseorang. Terlebih jika orang tersebut memiliki visi baik bagi dirinya sendiri maupun bagi organisasi.

Pada faktanya, sekalipun seseorang berusaha menjauhi office politics dengan tidak terlibat di dalamnya namun tetap saja dampak office politcs akan berpengaruh terhadap dirinya dalam banyak hal.

Sebuah riset menemukan bahwa kesuksesan karir seseorang hanya sedikit dipengaruhi oleh kecerdasan dan keterampilan yang dimilikinya. Sebaliknya, peningkatan karir justru dipengaruhi oleh pengalaman dan kemampuan mengambil peran dalam office politics.

Jeffrey Pfeffer, seorang Profesor di bidang Perilaku Organisasi dalam sebuah tulisannya pernah menceritakan sebuah pengalaman pribadi dimana seorang rekan kerjanya yang sudah bekerja selama lebih dari 10 tahun dan terkenal sangat efektif dalam mengerjakan tugasnya harus menerima fakta disabotase oleh salah satu karyawan baru yang notabene adalah bawahannya.

Bawahan tersebut memunculkan isu yang mempertanyakan komitmen dan kinerja atasannya tersebut. Sementara itu direktur pusat yang selama ini memberikan pujian atas kinerjanya memilih tidak terlibat dalam konflik karena secara politis karyawan baru tersebut lebih menguntungkan dirinya meski kinerjanya belum terbukti.

Kejadian tersebut setidaknya menjadi satu dari sekian banyak contoh yang mungkin dapat ditemukan mengenai bagaimana office politics memainkan peran yang besar bagi kesuksesan dan kemajuan karir seseorang dibanding hal-hal lain, termasuk kecerdasan.

Dalam beberapa hal memang office politics acapkali menurunkan kinerja karyawan, meningkatkan ketegangan dalam sebuah organisasi, menurunkan moral karyawan dan bahkan dalam beberapa hal menyebabkan karyawan potensial memilih untuk keluar dari perusahaan/organisasi tersebut. Beberapa penelitian juga menguatkan situasi ini.

Meski demikian office politics tidak bisa tidak harus dimainkan dengan baik oleh setiap individu. Bahkan tanpa melibatkan dan memosisikan diri secara pintar dalam office politics, sebab kecil kemungkinan ide dan tujuan seseorang bisa terwujud tanpa terlibat dalam office politics.

Beberapa orang berpikir bahwa mengunakan office politic sebagai sarana mencapai tujuan adalah tindakan kurang terpuji. Sebenarnya tidak selalu demikian. Pencapaian tujuan melalui office politics sah-sah saja baik demi tujuan pribadi, kelompok ataupun organisasi. Tentu selama tujuan-tujuan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi dan bukan kepentingan individu/kelompok semata.

Contents

Leadership & Office Politics

Meski secara alamiah seseorang akan meningkat karirnya manakala yang bersangkutan mampu mengambil peran dalam office politcs secara cantik, namun tak menutup kemungkinan bahwa peningkatan karir bisa juga dicapai melalui kinerja dan kemampuan saja.

Perekrutan pemimpin dari luar organisasi misalnya memungkinkan seorang pemimpin menduduki posisinya tanpa melalui office politics. Meski demikian dalam banyak kasus seorang pemimpin yang tidak melibatkan diri dalam politik umumnya sekedar memiliki posisi, tidak memiliki power.

Posisi masih mungkin dicapai tanpa office politics, namun tanpanya seorang pemimpin takkan memiliki power. Padahal untuk mengeksekusi ide, visi dan strategi mutlak diperlukan power. Jika tidak maka pemimpin akan beroleh banyak tentangan dari kekuatan-kekuatan politik yang ada dengan kepentingannya masing-masing.

Memiliki visi hanyalah sebuah tahap awal dari kepemimpinan. Agar visi tersebut bisa diwujudkan maka perlu dukungan setidaknya mayoritas dari anggota organisasi, disinilah office politics berperan.

Seorang pemimpin organisasi umumnya lebih mampu melihat kepentingan organisasi dari sudut pandang lebih utuh, namun tidak demikian dengan departemen dan individu di dalamnya yang hanya melihat dari sudut pandangnya sendiri. Karena itu untuk bisa berhasil mewujudkan agenda kepemimpinan mutlak diperlukan power.

Ketika seorang pemimpin gagal mewujudkan visi, umumnya banyak pihak dengan cepat menilai kegagalan tersebut sebagai akibat lemahnya leadership skill seseorang. Padahal sebagian besar kegagalan mencapai visi dan tujuan justru disebabkan oleh lemahnya posisi dan kemampuan politik seorang pemimpin.

Penyimpangan dan Office Politics

Office PoliticsTentu saja hampir di setiap organisasi akan diketemukan penyimpangan-penyimpangan terhadap office politics. Penyimpangan tersebut sebagian besar dilatarbelakangi oleh ego baik pribadi maupun kelompok serta ketidakdewasaan individu di dalam organisasi yang kerap membawa konflik profesional menjadi masalah personal. Bentuk penyimpangannya sendiri bermacam-macam, diantaranya termasuk intimidasi.

Bentuk penyimpangan lain yang sering diketemukan adalah sikap kelompok-kelompok tertentu yang sekedar mengejar kemenangan dalam sebuah itu sendiri, tanpa memerhatikan manfaatnya bagi organisasi sendiri.

Mengambil Bagian Dalam Office Politics Secara Positif

Sebanyak apapun dampak negatifnya, office politics bukanlah sebuah keadaan yang harus dihindarkan.

Pendekatan paling bijaksana adalah turut mengambil peran dan terlibat di dalamnya secara positif. Konflik dalam office politics tak harus menjadi sebuah keadaan yang kontra produktif ataupun negatif. Sebaliknya jika dikelola dan disikapi secara bijak justru menjadikan organisasi dinamis, kreatif dan produktif.

Untuk dapat mengambil bagian secara positif dalam office politcs maka beberapa hal yang perlu dipegang adalah:

  1. Tetap berpegang teguh pada prinsip mendahulukan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu/kelompok.
  2. Biasakan menjalin relasi dan kerjasama lintas individu/kelompok dengan model simbiosis mutualisme.
  3. Tentukan apa yang menjadi prinsip Anda dan bersikaplah konsisten dengan prinsip-prinsip tersebut. Termasuk diantaranya adalah kejujuran, integritas, loyalitas pada organisasi, sikap terbuka dan terus terang serta independen. Pertahankan prinsip-prinsip tersebut meski individu/kelompok lain melakukan manuver negatif.
  4. Jalin hubungan baik dan kerjasama yang produktif dengan setiap individu/kelompok yang Anda perlukan atau memerlukan Anda terlepas bahwa secara personal Anda suka/tidak terhadap mereka.
  5. Ingat bahwa hubungan Anda dengan individu/kelompok lain adalah hubungan profesional. Tidak penting bagi Anda untuk disukai oleh mereka atau sebaliknya Anda menyukai mereka. Hubungan profesional dibangun untuk kepentingan produktivitas kerja dan pencapaian tujuan dalam organisasi, tidak lebih.

Sekilas tindakan menarik diri dari segala bentuk politik di tempat kerja tampaknya bijaksana, namun dalam banyak hal pilihan ini justru akan menurunkan produktivitas. Office politics tak mungkin dihindari, karenanya bersikaplah bijaksana dalam memainkan peran di dalamnya.