Bagi kami berdua jurnal mencari dan berburu akomodasi di Melbourne sudah dimulai sejak bulan Mei 2012. Karena pada saat itu kami masih berada di Indonesia maka tentu semua dilakukan secara online.
Sejak awal Mei proses itu sudah dimulai mengingat rencana semula kami akan berangkat pada awal bulan Juli. Kata orang mencari akomodasi di Melbourne sangat sulit lebih-lebih pada bulan Februari dan Juli. Karenanya kami mulai mencari lebih awal. Meski pada akhirnya kami baru berangkat pada pertengahan bulan Agustus dan visa kami nyaris dibatalkan karena keterlambatan tersebut. Keterlambatan bukan disebabkan oleh kami sendiri melainkan pihak pemberi beasiswa istri yang memang berkesan tidak memiliki SOP, tidak profesional dan banyak memberi alasan tidak mutu sehingga banyak surat dari pihak sponsor yang harus direvisi berkali-kali dan ini memakan waktu serta energi yang luar biasa.
Mengenai keterlambatan biarlah itu menjadi tulisan lain, sebab tempat tinggal-lah yang akan menjadi cerita kali ini.
Jauh-jauh hari sebelum berangkat kami mendapat banyak cerita bahwa mencari properti di Melbourne lebih sulit ketimbang fresh graduated mencari kerja di Indonesia. Masuk akal mengingat Melbourne selain merupakan the Most Livable City juga memiliki banyak universitas yang menjadi tujuan studi mahasiswa dari berbagai negara.
Bahkan tak sedikit yang mengatakan bahwa mencari akomodasi tempat tinggal bagi couple dan family lebih susah ketimbang single student. Lewat internet kami mencoba menghubungi beberapa agen, ternyata aturan di Australia mewajibkan calon penyewa rumah/apartemen untuk melakukan inspeksi sebelum perjanjian ditandatangani. Tentu ini tidak mungkin kami lakukan selama masih di Indonesia.
Bagi student sebenarnya banyak akomodasi yang khusus bagi pelajar dan tidak menyaratkan inspeksi. Berhubung kami berdua dan saya bukan berstatus student maka tentu kami tidak memenuhi syarat.
Beberapa orang menyarankan supaya istri berangkat dulu baru setelah tahu situasi dan mendapat tempat tinggal saya menyusul. Ini tentu juga bukan opsi karena pertama sejak awal istri sudah menyebut tidak akan mau kuliah di luar negeri kecuali saya menemani, dan kedua dalam proses penantian pengumuman beasiswa ternyata kami mendapat kabar baik bahwa istri hamil. Kehamilan ini menambah alasan bahwa opsi tidak berangkat bersamaan tidak mungkin kami ambil.
Contents
Berburu Property di Internet
Pencarian di internet tak semudah yang dibayangkan, lebih-lebih jika belum punya cukup pengalaman berburu properti di Melbourne. Beberapa situs properti yang populer di Google kami coba dan kami mendapat pengalaman bahwa dua di antaranya yaitu “gumptree” dan “flatmates” penuh dengan spammer.
Jadi berbekal pengalaman kami, saya sarankan bagi Anda yang mencari properti secara online jangan membuang waktu di kedua situs tersebut. Jika ingin yang bisa dipercaya pilih saja situs “realestate” dan “domain”. Keduanya cukup bisa dipercaya mengingat poster-nya adalah agen-agen properti.
Mengingat kendala-kendala yang ada (inspeksi dan couple), maka pilihan kami sangat terbatas. Alternatif yang mungkin ditempuh adalah menumpang di tempat kenalan yang sudah di Melbourne, sharing dengan kenalan yang sudah memiliki tempat tinggal atau menyewa akomodasi seperti hostel, hotel dan sebagainya.
Menumpang atau berbagi tempat tinggal banyak dilakukan oleh mahasiswa Indonesia yang baru datang kemari. Tapi lagi-lagi bagi kami itu bukan opsi, sebab selama di Australia saya bekerja 100% dari rumah dan saya tidak merasa nyaman jika harus berbagi tempat tinggal.
Pilihan satu-satunya tentu adalah hotel. Hotel di Melbourne sangat variatif namun jelas mahal. Untunglah adalah beberapa yang menyediakan opsi long term dengan biaya yang lebih murah.
Bell City
Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif akhirnya pilihan jatuh pada Bell City (Le Student 8). Lokasinya cukup jauh dari universitas tempat istri kuliah dan jauh pula dari CBD. Untunglah pihak manajemen menyediakan free shuttle bus ke CBD, University of Melbourne dan RMIT.
Harga sewa per minggu-nya cukup mahal, namun mengingat tidak punya pilihan lain dan kami bisa mendapat harga sedikit murah jika langsung booking setahun maka akhirnya kami putuskan tinggal di tempat ini.
Proses registrasi ke Le Student 8 juga cukup menantang, lagi-lagi karena prosedur dan SOP yang tidak jelas dari pihak pemberi beasiswa yang menunda keberangkatan hingga lebih dari sebulan dari jadwal maka booking yang sudah kami lakukan pun terus mundur. Untunglah pihak Le Student 8 bisa mengerti situasi kami, meski kami sudah sempat was-was karena kalau sampai akhirnya batal berangkat maka kami kehilangan uang jaminan yang sudah dibayarkan, dan jumlahnya juga tidak sedikit.
Setelah pada akhirnya visa diterbitkan masih ada berita lain yang sempat membuat kami bingung, Sejak awal kami sudah informasikan ke pihak Le Student 8 bahwa istri dalam kondisi hamil dan dalam waktu 3 bulan kami menantikan kelahiran. Kami juga sudah menanyakan apakah bayi boleh tinggal di tempat tersebut. Namun manajer hanya membalas pertanyaan lain namun tidak menjawab soal boleh tidaknya keberadaan bayi di tempat itu.
Setidaknya sudah tiga kali kami tanyakan soal bayi dan tidak dijawab, namun lagi-lagi pertanyaan lain dijawab. Saat itu kami pikir tidak ada masalah sebab toh namanmya juga hotel, bukan studen only accomodation. Hingga pada akhirnya ketika kami sudah tahu pasti tanggal keberangkatan kami tanyakan lagi soal bayi dan manajer yang bersangkutan meminta maaf karena mereka tidak mengijinkan bayi di dalam propertinya dengan alasan mengganggu tamu lain.
Karena semuanya sudah mepet dan tak ada pilihan lain maka akhirnya kami putuskan menyewa unit selama lima minggu sambil mencari tempat tinggal yang lebih permanen. Menyewa selama lima minggu jauh lebih mahal ketimbang selama setahun, sebenarnya harga sewa lima minggu sudah melebihi anggaran yang kami siapkan. Sekali lagi tidak ada pilihan lain selain menjalani.
Sekilas review mengenai Le Student 8; tempat ini berada di Bell City. Dalam kompleks Bell City ada dua bangunan yang disewakan yaitu Le Student 8 dan Rydges. Meski namanya Le Student 8 namun faktanya tidak dikhususkan bagi pelajar, sebab banyak karyawan dan family yang tinggal di sini. Secara umum Le Student 8 sama seperti Rydges, hanya saja Rydges memiliki fasilitas yang lebih baik tentu dengan harga sewa lebih mahal.
Jika Anda melihat galeri foto Le Student 8 di website mereka…. Anda pasti kesewa. Faktanya kondisi kamar tidak sebaik dan sebersih itu. Kursi di foto berwarna merah jelas diberi bantalan, sementara faktanya hanya kursi kayu biasa berwarna coklat. Ketika booking Anda diminta membayar $100 untuk pembersihan ruangan sebelum Anda datang. Faktanya ketika kami datang masih ada sampah bekas penghuni sebelumnya dan kaus kaki di bawah tempat tidur.
Bukan hanya itu, meski aturan di gedung ini dilarang merokok namun sering dari kamar tercium bau rokok. Saya menduga asalnya dari lubang ventilasi. Berkali-kali kami ajukan komplain namun kondisi ini masih terus terjadi.
Perburuan berlanjut…
Sejak hari pertama kami tiba tentu proses mencari properti sudah harus dimulai. Memang banyak orang berkata bahwa berburu tempat tinggal di Melbourne sangat sulit, yang lain menyebut sangat menantang. Apapun istilahnya (sulit atau menantang) keduanya bermakna sama hanya dari sudut pandang yang berbeda.
Selama kurang lebih tiga minggu sudah lima properti yang kami kunjungi. Satu di Lygon, tiga di La Trobe dan satudi Swanston. Kami memang sengaja mencari lokasi yang dekat dengan The Women’s (RS tempat istri akan melahirkan nanti), University of Melbourne (tempat kuliah istri) dan CBD.
Salah satu unit yang kami inspeksi di La Trobe Apartment terasa cukup ideal. Lokasinya tidak jauh dari the Women’s dan Univ. Melbourne, ukurannya pun cukup ideal untuk anak kami nantinya. Kami sangat berharap aplikasi kami disetujui.
Sambil menunggu jawaban dari aplikasi tersebut tentu kami terus mencari. Suatu ketika saat berjalan di Swanston St dalam perjalanan menuju ke kantor OSHC di Lygon kami melewati sebuah apartemen dan setengah bercanda saya berkata pada istri: “Eh siapa tahu kita bisa tinggal di situ….”
Tentu kala itu saya tidak serius sebab di lokasi strategis seperti itu dan kondisi apartemen sebagus itu rasanya kami tak akan mampu menyewanya.
Waktu berlalu dan ternyata aplikasi kami untuk unit di La Trobe tidak disetujui. Meski sedikit kecewa namun kami masih menyimpan optimisme bahwa jika bukan apartement itu yang akan Tuhan berikan untuk kami, maka pasti Dia punya rencana yang lebih baik…
Beberapa hari setelah kami tahu aplikasi di La Trobe tidak disetujui, saya membuka kedua situs yang sudah saya sebut sebelumnya. Ternyata baru pada hari itu sebuah unit apartemen di Swanston (yang saya sebut di dua paragraf sebelumnya) ter-listing untuk disewakan.
Harganya pun terjangkau untuk kantong kami. Tentu jangan mengkonversikan biaya sewa per minggu nya ke dalam rupiah, sebab kalau dikonversikan harga sewa satu minggu saja sudah lebih dari cukup membayar angsuran per bulan sebuah rumah cukup mewah di kota kami Salatiga.
Akhirnya tanpa menunda waktu segera saya hubungi agen tersebut, tak disangka siangnya agen tersebut menjawab email dan mendaftarkan kami untuk melakukan inspeksi besok siangnya.
Sesuai janji yang sudah dibuat maka siangnya kami berdua menuju ke properti yang dimaksud. Kondisinya jauh lebih baik daripada yang kami inginkan di La Trobe, dan jelas lokasinya juga lebih strategis.
Selesai inspeksi istri saya sempat menanyakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk memproses aplikasi, dan agen tersebut menyebut 24 jam sejak aplikasi diterima. Keesokan harinya setelah aplikasi beserta seluruh lampiran siap kami segera menyerahkan ke agen yang bersangkutan.
Saat menyerahkan kondisi di kantor itu sudah tidak terlalu sibuk karena memang sudah lewat jam 17.00. Agen yang kami temui yang kebetulan juga adalah direkturnya memeriksa formulir dan semua lampiran dengan teliti.
Setelah selesai yang bersangkutan bertanya berapa banyak uang yang kami miliki. Saya sempat terkejut, namun setelah kami menjawab jumlah tabungan yang dimiliki di bank Australia dia segera menjelaskan bahwa pertanyaan itu sekedar memastikan bisa/tidaknya kami membayar bond.
Setelah mengetahui jumlah simpanan yang ada di bank Australia lebih dari cukup membayar bond dia segera menyetujui aplikasi kami dan menjadwalkan penandatanganan kontrak dan pembayaran esok harinya.
Kami sempat terkejut karena tidak meski percaya Tuhan akan memberi kemudahan namun masih terheran-heran bahwa segalanya akan semulus itu.
Esoknya kami menandatangani perjanjian sewa-menyewa, masih ada jumla yang belum kami bayarkan karena hari itu adalah hari Jumat sore dan bank sudah tutup. Tapi agen tersebut rupanya menghargai niat baik kami datang di sore hari ketika cuaca sedang sangat buruk.
Memang cuaca di Melbourne pada bulan seperti ini sangat tidak terduga. Pagi hari matahari bersinar cerah, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang dan langit menjadi gelap hingga pada akhirnya hujan. Dalam sekejap pula bisa jadi sebelum sempat Anda mengenakan jaket matahari sudah bersinar kembali seolah tidak pernah terjadi hujan. Namun pada hari itu memang cuaca sangat buruk; suhu udara pagi hari 8° C, angin bertiup hingga 100 km/jam disertai hujan gerimis hampir sepanjang hari.
Singkat kata ternyata kedatangan kami sore itu dianggap sebagai niat baik oleh si agen, sehingga selesai penandatanganan kontrak semua kunci sudah diserahkan pada kami meski masih ada biaya-biaya yang belum kami bayarkan karena bank sudah tutup.
Bukan hanya itu dari kewajiban menyewa minimal 12 bulan, agen tersebut menulis 10 bulan di kontrak (disesuaikan dengan tanggal berakhirnya masa kuliah istri). Semula kami pikir kami akan rugi dua bulan, namun ternyata tidak.
Tempat strategis, harga yang sesuai kemampuan, memperoleh tempat tinggal ideal di Melbourne dalam kurun waktu kurang dari sebulan, serta agen yang ramah…. ya semua terdengar begitu mudah. Kami percaya bahwa kemudahan ini lagi-lagi adalah kemudahan yang secara cuma-cuma Tuhan berikan bagi keluarga kami. Sama hal nya seperti kemudahan ketika kami melalui pemeriksaan Customs dan tak terhitung kemudahan-kemudahan lainnya.
Kami percaya bahwa selama kami mengandalkan Tuhan, maka Ia pasti akan memelihara kami.
Kini kami sudah lebih tenang karena bukan hanya memiliki tempat tinggal yang lebih permanen namun juga lebih baik dan lokasinya sangat strategis.
God is going to take care of us, whether or not we can see down the road.
He will not let us walk in darkness and leave us there alone.
He will not let us walk to a place and abandon us ~The Wicaksonos~