Hampir lima tahun ini aku bekerja sebagai dosen. Pekerjaan yang memang sejak awal aku inginkan. Bahkan ketika lulus kuliah aku memutuskan memberi waktu satu tahun untuk menunggu jawaban atas lamaranku ke almamater. Apabilla dalam waktu satu tahun tidak ada tanggapan, barulah aku akan mencari pekerjaan lain. Namun syukurlah sebelum waktu satu tahun yang kutetapkan berakhir, aku sudah dipanggil untuk mengikuti serangkaian tes dan akhirnya diterima sebagai dosen. Bagiku juga bukan kebetulan bahwa aku diterima menjadi dosen dengan pendidikan terakhir strata 1. Pada saat itu belum ada ketentuan bahwa untuk bisa menjadi dosen minimal berpendidikan strata 2.

Secara singkat aku bersyukur karena aku sekarang bekerja sebagai dosen. Apabila aku mengingat kembali mengapa alasan terbesar aku melamar dosen adalah karena aku senang dan ingin berbagi pengetahuan. Semasa kuliah, teman-teman kuliahku sering bertanya mengenai apa maksud dari suatu materi, dan aku merasa senang menerangkan untuk mereka. Sekarang aku menjadi lebih paham megenai kesenangan menjadi lecturer (someone who gives a lecture).

Dosen sekarang adalah seseorang yang bukan berperan sebagai pemberi pengetahuan tapi harus memposisikan diri sebagai failitator pengetahuan atau seorang penunjuk jalan. Aku merasa berhasil jika mahasiswaku kemudian dapat secara mandiri mencari jawaban atas masalah hukum yang mereka temukan.

Sebagai seorang penunjuk jalan akan bermakna jika penunjuk itu dapat dimengerti, ditampilkan secara jelas, bahkan keseluruhan komposisinya menarik sehingga langsung tertangkap panca indra. Saat ini aku sedang belajar untuk dapat menjadi penunjuk jalan yang bermakna. Kadangkala hal ini tidak mudah mengingat tradisi pengajaran dan dasar materi di Fakultas Hukum yang abstrak dan memang tidak mudah dimengerti seperti konsep prinsip/asas hukum, kaidah hukum, dan konsep hak. Namun demikian, aku menganggap ini sebagai sebuah tantangan oleh karenanya aku menikmati proses belajar menjadi penunjuk jalan yang bermakna.

Dalam perjalanan belajar ini, aku merasa aku juga sedang melatih diri untuk berpikir ’diluar kotak’ memikirkan sesuatu yang tidak biasa. Selai itu aku juga mendapati aku jadi lebih banyak berpikir dari sisi sebaliknya yaitu dari sisi mahasiswa, dari sisi pihak yang melihat penunjuk jalan. Dengan demikian aku memikirkan apakah metode yang kuterapkan dapat diterima dengan baik, apakah bermakna bagi mahasiswa. Bagiku merupakan kepuasan tersendiri ketika aku melihat ekspresi yang menikmati kegiatan perkuliahan.

Sekali lagi, aku masih dalam tahap belajar, merefleksi, dan merenungkan arti dari be a lecturer. ( Indirani )

  Copyright protected by Digiprove © 2011