Kompetisi apapun bentuk dan tempatnya selalu melahirkan dua pihak; menang dan kalah. Itu pasti, meski konyolnya banyak pihak yang kalah tidak bisa menerima kenyataan itu.

Memperebutkan sebuah jabatan seringkali adalah juga sebuah kompetisi, pertandingan atau apapun namanya. Diantara para kandidat tentu ada yang terpilih dan ada yang harus menerima kekalahan.

Kemenangan dan kekalahan adalah dua hal hal semestinya diterima dan disikapi secara bijaksana, elegan dan terhormat. Sekalipun kalah, seseorang bisa menempatkan dirinya sebagai pihak yang kalah secara terhormat atau pecundang sejati yang bermental pecundang.

Siapapun bisa mencalonkan diri selama memenuhi persyaratan, siapapun bisa menang dan tentu siapapun bisa kalah. Dalam banyak kejadian; kesesuaian dengan posisi, preferensi pemilih, persepsi kualitas dan non kualitas kandidat dan ketepatan waktu adalah faktor-faktor penting yang menentukan selain sekedar kapabilitas seseorang.

Sama halnya dengan kemenangan, kekalahan adalah sebuah hasil yang semestinya sudah dipersiapkan dan diterima juga ketika harus terjadi.

Kalahlah dengan terhormat ketika harus menerima kekalahan. Terimalah dengan lapang dada, evaluasi diri sendiri, beri dukukungan pada pihak yang menang. Dukung organisasi dimana kita berada. Tunjukkan komitmen kita pada organisasi.

Tanyalah pada diri sendiri; apakah Anda pantas menang? Sudahkah Anda membangun citra diri positif selama ini?

Pecundang
photo credit: burgessqdeleos
Diam seribu bahasa dan bersikap antipati di forum resmi, namun berkoar-koar di situs jejaring sosial, mencari alasan pembenar, melakukan gerakan ‘bawah tanah’, menyalahkan sikap para pemilik suara. Semua itu hanya menegaskan bahwa seseorang adalah pecundang sejati yang hidup dengan mental pencundang. Sikap ini semakin menegaskan bahwa sikap para pemilik suara yang tidak memberikan suaranya kepada si pecundang adalah pilihan bijaksana.