Dusun Bambu yang terletak di Kabupaten Bandung Barat menjadi destinasi hari pertama liburan kami selama di Bandung.
Dari semua tujuan wisata yang masuk ke itinerary Dusun Bambu adalah yang paling jauh dari Galeri Ciumbuleuit Hotel tempat kami menginap, jaraknya sekitar 16 km.
Hari Senin 21 Oktober 2019 selepas menikmati sarapan di hotel kamipun bergegas berangkat menuju lokasi tersebut, harapannya bisa sampai di sana sebelum matahari kelewat.
Sejatinya daerah Lembang terkenal sebagai daerah yang relatif sejuk sebagaimana layaknya daerah dataran tinggi lain.
Hanya saja kali ini matahari sedang terik-teriknya di bumi bagian Selatan sehingga sama halnya dengan daerah lain di Pulau Jawa suhu sudah terasa tinggi bahkan sejak pagi hari.
Dari Galeri Ciumbuleuit Hotel kami pun menggunakan jasa transportasi hail-ride menuju ke Dusun Bambu.
Ini adalah kali kedua kami menggunakan jasa hail-ride selama berada di Bandung setelah sebelumnya menggunakan jasa serupa dari Stasiun Bandung menuju Galeri Ciumbuleuit Hotel.
Seperti halnya yang pertama pengemudi hail-ride yang kebetulan kala itu merupakan mitra Go-Jek melayani dengan sangat ramah.
Tahu bahwa kami adalah pendatang yang sedang berlibur maka si pengemudi pun dengan ramah dan antusias menjelaskan tentang spot-spot wisata di sekitar Bandung.
Setelah menempuh perjalanan hampir selama 50 menit dan sempat melihat Gunung Tangkuban Perahu dari kejauhan akhirnya kami tiba di Dusun Bambu yang saat itu masih relatif lenggang dari pengunjung.
Selain karena masih pagi saat itu juga memang bukan masanya kebanyakan orang berlibur.
Di depan terlihat loket pembelian tiket masuk seharga Rp 25.000,- yang saat keluar bisa ditukar dengan benih tanaman.
Sayang sekali petugas loket tidak menjelaskan bahwa ternyata dengan menambah Rp 5.000,- tiket bisa ditukar dengan minuman.
Kami sendiri baru tahu kemudian setelah keluar, tahu begitu sejak awal pilih membayar Rp 5.000,- lebih mahal untuk ditukar minuman ketimbang benih tanaman yang sudah pasti tidak bisa kami bawa karena masih menginap 4 malam lagi.
Setelah membeli tiket masuk dan mengabadikan momen dengan melakukan foto pertama di Dusun Bambu kami pun naik Wara Wiri yang disediakan sebagai fasilitas gratis.
Berbeda dengan keramahan yang dimiliki oleh pengemudi mitra hail-ride sebelumnya pengemudi Wara Wiri cenderung acuh.
Kala turun satu per satu dari kami bertiga mengucapkan terima kasih pengemudi seperti tak mengubris.
Iseng-iseng sekilas lalu saya perhatikan ketika dua penumpang lain mengucapkan hal yang sama ternyata reaksi si pengemudi sama saja.
Beda dengan pengalaman ketika naik Wara Wiri di Taman Safari Prigen Jawa Timur, pengemudi di sana jauh lebih ramah.
Yah sudahlah, mungkin dia belum sempat minum kopi dan sarapan tadi pagi…
Untuk memastikan tidak ada spot di Dusun Bambu yang terlewat maka setelah turun dari mobil Wara Wiri terlebih dahulu kami menuju ke Pusat Informasi untuk mengambil peta.
Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Kampung Ulin, di sini tersedia berbagai wahana seperti memanah, mini escavator, menembak, memberi makan hewan, flying hammock dan sebagainya.
Karena minim pengunjung maka semua wahana bisa dinikmati tanpa harus menanti antrian panjang.
Di dekat Pasar Khatulistiwa sebenarnya tersedia playground dan Rabbit Wonderland hanya saja karena kondisi angin yang kelewat kencang kedua wahana tersebut beserta restoran Lutung Kasarung yang terkenal itu terpaksa ditutup.
Akhirnya karena sudah waktu makan kamipun makan di Pasar Khatulistiwa yang tak lain adalah foodcourt dengan pilihan menu tradisional Indonesia.
Dibanding tempat makan lain yang ada yaitu Lutung Kasarung, Burangrang Cafe dan Kampung Purbasari menu makanan di Pasar Khatulistiwa ini jauh lebih terjangkau.
Kisaran harga makanan di Dusun Bambu kalau Anda memilih makan di Pasar Khatulistiwa ini berkisar Rp 20.000,- s/d Rp 50.000,- kalau tidak salah ingat.
Oh ya, kecuali tiket masuk semua transaksi yang dilakukan di kawasan Dusun Bambu ini dilakukan dengan kartu yang diisi saldo sesuai kebutuhan Anda.
Sebenarnya untuk makanan bisa juga dibayar dengan Go-Pay tapi selain sinyal Indosat di sini datang dan pergi kebanyakan penjaja makanan juga langsung berubah raut wajahnya saat saya bilang bayar pakai Go-Pay saja.
Kenapa? Entahlah…
Memang kami tidak pula makan di Saung Purbasari yang menyajikan pemandangan danau, tapi kami tetap jalan-jalan ke sana untuk berfoto, menikmati pemandangan dan memberi makan ikan.
Sepuas menikmati keindahan Saung Purbasari kami berjalan menuju wahana “Rongga Budaya”, di tempat ini J terlihat antusias mengenal alat-alat musik bambu tradisional Sunda.
Bapak-bapak yang sedang membuat alat musik pun berbaik hati mengajarkan dan menjelaskan alat-alat musik bambu tersebut.
Jadilah kami menghabiskan waktu sekitar 60 menit di “Rongga Budaya”.
Selepas dari “Rongga Budaya” kamipun mengakhiri kunjungan di Dusun Bambu untuk kembali ke hotel.
Bagi Anda yang tertarik menginap di sini Dusun Bambu Resort sangat layak dipertimbangkan, silakan melihat informasi lebih jauh di sini
Paduan antara nuansa alam dan pengenalan budaya menjadi konsep unik yang ditawarkan oleh Dusun Bambu dan menjadikan tempat ini sebagai salah satu spot yang sayang dilewatkan kalau Anda berwisata di Bandung dan sekitarnya.
Tapi untuk urusan layanan terutama keramah-tamahan terus terang saya menilai jauh ketinggal dibanding tempat-tempat wisata lain yang pernah kami kunjungi terutama di daerah Jawa Timur.
Apalagi dibanding tempat-tempat wisata di Kota Batu rasanya soal keramah-tamahan masih sangat jauh tertinggal.
Happily married, father of a wonderful boy, a passionate Content Strategist. Liverpool FC and Melbourne Victory fan. Traditional martial artist.
I’m going to be myself, do what I think is right. If they don’t like it, so be it. ~ Satrio ~|
Read more posts here||
I’m an ISTJ-A
One Reply to “Dusun Bambu Lembang Perpaduan Wisata Alam dan Budaya”
Comments are closed.