Floating Market dan De’Ranch menjadi dua agenda di tanggal 22 Oktober 2019 setelah sehari sebelumnya mengunjungi Dusun Bambu.
Keduanya dikunjungi dalam satu hari dengan pertimbangan lokasi kedua tempat tersebut saling berdekatan satu sama lain.
Kali ini kami berangkat dari Galeri Ciumbuleuit Hotel sedikit lebih siang dari kemarin.
Alasannya Floating Market baru buka pukul 09.00, kemudian lokasi hotel dengan kedua tempat wisata tersebut tidak terlalu jauh dan alasan ketiga kami bertiga lebih dulu melakukan perayaan kecil dalam rangka ulang tahun J yang ke-7.
Sekitar pukul 09.30 saya dan J pun berangkat meninggalkan hotel lagi-lagi dengan menggunakan jasa hail-ride.
Sementara istri saya akan menyusul di lokasi kemudian karena masih ada urusan dengan pekerjaannya di tempat lain.
Untuk ketiga kalinya dan tiga pengemudi yang berbeda kami mendapatkan keramahtamahan sekaligus informasi seputar tempat wisata dari pengemudi yang mengantar kami.
Contents
Floating Market
Tak butuh waktu lama kamipun sudah sampai di area parkir Floating Market, sampai di pintu gerbang langsung disambut dengan loket penjualan tiket seharga Rp 15.000,- per orang.
Jangan lupa menyimpan tiketnya karena bisa ditukar dengan minuman dingin maupun panas sesuai selera Anda.
Karena hari itu terasa panas maka kami berdua menukar tiket masuk dengan orange juice.
Lokasi penukaran tiket dengan minuman ini tersedia di beberapa tempat, lokasi pertama berada di dalam bangunan pertama kala memasuki area Floating Market.
Meski daya pikat utama dari Floating Market sesuai dengan namanya adalah penjual yang menjajakan makanan tradisional di atas air (floating) namun ada beberapa wahana lain yang bisa dinikmati di sini.
Karena waktunya terbatas dan tidak semua wahana sesuai selera kami maka tentu tidak semua dikunjungi.
Apa saja wahana yang kami nikmati selama di lokasi tersebut?
Taman Miniatur Kereta Api
Karena hanya saya dan J yang tertarik maka wahana ini menjadi wahana pertama dikunjungi sebelum istri saya bergabung dengan kami.
Memasuki wahana ini kami seketika disuguhkan dengan lanskap “mini” dengan dataran yang beragam berikut vegetasi serta miniatur bangunan seperti stasiun kereta api, jembatan, menara kontrol dan bahkan miniatur Museum Bosscha.



Tentu saja miniatur rel kereta api mengelilingi lanskap tersebut.
Tak lama kemudian miniatur kereta api pertama pun melintasi kami berdua.
Untuk masuk ke wahana ini terlebih dahulu membeli tiket seharga Rp 25.000,-
Karena waktu berkunjung tak dibatasi maka kami pun berlama-lama menikmati miniatur tersebut dan mencoba mengabadikan beberapa bagian dengan kamera.
Lebih enak lagi karena bukan hari libur maka pengambilan foto pun terasa lebih leluasa tanpa mengganggu pengunjung lain maupun ada kemungkinan foto-foto yang diambil “bocor” alias menyertakan orang lain secara tidak sengaja.
Kota Mini
Kota Mini menjadi wahana kedua yang dikunjungi, kali ini istri saya sudah ikut bergabung maka kami bertiga pun bersama-sama ke miniatur kota bernuansa Eropa ini.
Di Kota Mini ini anak-anak bisa bermain peran dengan berbagai profesi lengkap skenario yang sudah disiapkan.
Konsepnya hampir menyerupai Kidzania hanya saja setting kotanya berada di luar ruangan.

Ada beberapa tempat dan pilihan profesi yang disediakan seperti Bear House, tempat penyewaan kostum (gaun) à la Belanda, Mini Bakery, Baby Clinic, Barbie Playhouse dan sebagainya.
Namun bermain peran menjadi polisi, petugas pemadam kebakaran, wahana Museum Discovery serta Farmer Market yang jadi pilihan J.



Wisata Kuliner
Tentu saja tak lengkap kalau berkunjung ke Floating Market tanpa melakukan wisata kuliner tradisional di pasar terapung.
Untuk membeli makanan di sini perlu terlebih dahulu menukar uang dengan koin yang tersedia dalam nilai beragam dan dibedakan juga dari warnanya.
Karena koin tersebut tidak bisa diuangkan kembali kalau sisa saran saya lebih baik hanya tukar koin ketika sudah tahu makanan yang hendak dibeli.

Petugas penukaran koin saat kami berkunjung sayangnya kurang informatif dan komunikatif. Entah dipengaruhi hawa panas yang sudah beberapa pekan membuat bumi bagian Selatan terasa kering dan panas atau memang begitu pembawaannya.
Lagi-lagi kami diuntungkan dengan berkunjung saat hari kerja dan di luar musim berlibur, jadi tempat duduk masih banyak tersedia.
Dinghy/Sampan Keluarga
Sebelum meninggalkan Floating Market tak lupa kami mencoba wahana air yang disediakan, pilihan kami jatuh pada sampan yang bisa memuat 4 orang.

Untuk naik sampan ini perlu membeli tiket seharga Rp 70.000,- untuk durasi waktu sekitar 30 menit. Sayangnya informasi dimana tempat membeli tiket tak cukup jelas, setelah berpanas-panas menunggu sampan kembali merapat teryata kami harus berjalan lagi membeli tiket.
Karena tak ada informasi maka sebelumnya kami berasumsi tiket dibeli langsung di operator sampan.

Di bagian ini memang kentara beberapa hal yang chaos, selain ketidakjelasan informasi tempat pembelian tiket seperti yang kami alami juga cukup banyak pengunjung yang tak memperhatikan peringatan bahwa jalur-jalur tertentu hanya diperuntukkan untuk penyewa kostum (Jepang/Korea).
Akibatnya proses pengambilan foto untuk pengunjung yang sudah menyewa kostum kerap terganggu oleh pengunjung lain.
Keluar dari Floating Market sambil menanti kendaraan hail-ride datang saya sempat ke toilet yang terletak berdekatan dengan pintu keluar.
Ternyata kondisinya cukup kotor, akhirnya saya pun membatalkan niat menggunakan fasilitas tersebut.
De’Ranch
Sudah sampai ke Lembang sayang rasanya kalau melewatkan De’Ranch, apalagi lokasinya hanya beberapa km dari Floating Market yang terlebih dahulu sudah kami kunjungi.
Konon awalnya De’Ranch ini sekedar lahan peternakan kuda, tempat ini mulai dibuka untuk umum pada tahun 2007 dan terus berkembang sebagai salah satu tujuan wisata di Lembang sampai hari ini.
Masuk ke area wisata ini pengunjung perlu membayar tiket masuk seharga Rp 15.000,- /orang dan sesudahnya tersedia Welcome Drink yang saat kami tiba hanya tersisa susu rasa original dan strawberry.
De’Ranch menawarkan banyak sekali wahana/permainan seperti:
The Gold Hunter, Delman, Tunggang Kuda à la Cowboy (pakai kostum), Poni Rides, Riding Out dan sebagainya termasuk pelajaran keterampilan seperti Horse Riding Lesson dan Horse Grooming.
Selama di sana J memiih wahana The Gold Hunter dan Joy Ride (tunggang kuda dengan kostum cowboy.
Kalau diamati kebanyakan yang datang tertarik untuk mengikuti horse riding lesson, namun karena di kota tempat kami tinggal J juga mengikuti pelajaran yang sama kami melewatkan salah satu kegiatan favorit di De’Ranch tersebut.

The Gold Hunter adalah permainan mendulang emas, tentu saja bukan emas betulan melainkan kerikil yang beberapa diantaranya dicat dengan warna emas.
Setelah batas waktu yang ditentukan berakhir (15 menit) maka jumlah kerikil berwarna emas yang didapat akan ditimbang untuk menentukan hadiah apa yang diperoleh.
Harga tiketnya sendiri Rp 25.000,-
Untuk Joy Ride sisi menariknya terletak pada kostum yang dikenakan selama menunggang kuda, harga tiketnya sendiri Rp 30.000 untuk satu putaran.


Kami tak berlama-lama di tempat ini, sekitar pukul 16.00 kami sudah kembali ke hotel dan seperti sudah diceritakan pada artikel review Galeri Ciumbuleuit Hotel kemarin begitu sampai lobby J disambut dengan kejutan ucapan selamat ulang tahun dari hotel tersebut.
Happily married, father of a wonderful boy, a passionate Content Strategist. Liverpool FC and Melbourne Victory fan. Traditional martial artist.
I’m going to be myself, do what I think is right. If they don’t like it, so be it. ~ Satrio ~|
Read more posts here||
I’m an ISTJ-A