Jepara kembali jadi tujuan liburan kami awal September 2019 lalu. Sebelumnya kota ini pernah menjadi destinasi liburan kami di akhir tahun 2017, sedangkan akhir tahun lalu pilihan kami juga tak jauh-jauh dari sini yaitu Karimunjawa.
Niat menuliskan pengalaman liburan di Jepara dua tahun lalu maupun Karimunjawa akhir tahun lalu juga liburan-liburan lainnya terus tertunda dan tak kesampaian karena berbagai aktivitas dan kesibukan setelahnya.
Karenanya mumpung masih hangat saya coba luangkan waktu selagi ingatan juga masih segar.
Sebenarnya liburan kali ini direncanakan sekitar tanggal 14 Agustus lalu bertepatan dengan ulang tahun saya ke 40 tapi karena kesibukan saya, kesibukan istri juga aktivitas ekskul anak barulah akhirnya bisa terwujud di tanggal 5-8 September lalu.
Contents
Hari Pertama: Menginap di d’Season Premiere Jepara
Sebagai tempat menginap kami menjatuhkan pilihan pada d’Season Premiere Jepara yang terletak di kawasan pantai Bandengan.
Dua tahun lalu sebenarnya kami juga berencana menginap di sini hanya saja karena musim liburan ternyata sudah tak ada kamar tersisa di tanggal liburan kami.
Rasa penasaran setelah melihat foto-foto tempat ini dari beberapa teman dan saudara yang pernah menginap akhir di sini jadi alasan utama kenapa hotel ini jadi pilihan untuk liburan di Jepara kali ini.
Berangkat dari rumah sekitar pukul 08.00 pagi dan menyempatkan diri mampir makan pagi di batas kota Salatiga akhirnya kami tiba di Jepara sekitar pukul 11.00.
Bawaan kami cukup banyak karena anak kami membawa banyak mainan pantai. Tangan kami cukup kerepotan membawa, biasanya di depan lobi ada petugas hotel yang menawarkan bantuan.
Tidak demikian halnya dengan d’Season Premiere Jepara perlu waktu cukup lama bagi seorang petugas untuk menyadari kami perlu bantuan.
Seperti umumnya hotel waktu check in yang ditentukan adalah pukul 14.00. Tapi seperti kebiasaan kami juga datang lebih awal, kalau kamar sudah siap ya syukur kalau belum ya rencana titip tas dulu ke resepsionis lalu melakukan aktivitas lain.
Kebiasaan ini sudah lumrah buat kami yang tidak lumrah adalah respon resepsionis yang bertugas di d’Season Premiere Jepara pada saat itu.
Kalimat yang terdengar janggal diucapkan demikian:
“Untuk check in harusnya jam 14.00 ya tapi karena kebetulan kamar sudah ready boleh langsung masuk. Tapi besok lagi sesuai jadwal ya…”.
Tapi besok lagi… terdengar kurang enak, bernada menggurui. Setidaknya menurut persepsi saya.
Padahal biasanya di tempat lain pada kondisi serupa resepsionis menggunakan kalimat kurang lebih seperti ini dengan ramah:
“Jam check in sebenarnya pukul 14.00 tapi kebetulan karena kamar sudah siap Bapak/Ibu bisa langsung menggunakan”
Meski intinya sama tapi kedua kalimat di atas bisa menyiratkan pesan berbeda.
Kalimat pertama (yang diucapkan resepsionis d’Season Premiere Jepara”) seperti saya bilang berkesan menggurui, memberi peringatan (warning) supaya lain waktu tidak terulang.
Sementara kalimat kedua yang umum diucapkan resepsionis di tempat lain sesuai pengalaman kami lebih menyiratkan bahwa mereka memberikan kelonggaran ekstra, layanan ekstra, bonus.
Walau tentu saja kalimat manapun yang dipilih bisa atau tidak tergantung pada kondisi apakah kamar sudah siap atau belum.
Tapi sekali lagi penyampaian yang berbeda menghasilkan penerimaan yang berbeda pula.
Karena tujuannya berlibur, mau refreshing ya sudahlah saya malas ribut, move on aja. Anggap saja si mbak resepsionis kurang training.
Kelar dari resepsionis kami pun naik lift menuju ke kamar.
Kamar yang kami pilih terlihat cukup lega untuk dua orang dewasa dan satu anak berumur 6 tahun.
Pemandangan dari jendela juga cukup baik, bisa sedikit melihat laut.
Selepas meletakkan dan mengatur barang kami pun turun menuju restoran untuk bersantap siang. Restorannya bersebelahan dengan ruang pertemuan yang kebetulan pada saat itu terlihat sedang digunakan sebuah instansi.
Kami tidak masuk ke restoran karena di depan bertemu dengan seorang pramutama yang menjelaskan bahwa restoran sedang dibooking.
Karena di sekitar kolam renang dan taman ada cukup banyak tempat duduk kamipun tak keberatan makan di sana, tapi ketika hendak pesan makanan pramutama tadi menjawab:
“Diusahakan ya Pak, karena kami sedang melayani acara”.
Nah di sini kejengkelan saya mulai terakumulasi. Habis disambut resepsionis dengan kalimat wagu eh sekarang mau pesan makan jawabannya “diusahakan”.
“Diusahakan??”
Tanya saya agak ketus ke mas pramutama tadi.
Mungkin kejengkelan terlihat dari air muka jadi si mas kelihatan agak kagok dan ragu-ragu lalu merespon:
“Em.. sebentar saya coba tanyakan dulu ya Pak”.
Setelah masuk ke dalam resto beberapa saat kemudian mas pramutama tadi keluar.
“Bisa Pak” katanya.
Kamipun mengambil buku menu membawa ke salah satu tempat duduk dan setelah menentukan pilihan lantas menemui mas pramutama tadi untuk memesan.
Lagi-lagi ternyata menu yang kami belum bisa dipesan, karena belum jam 13.00 hanya menu lokal saja yang bisa disiapkan.
Kenapa tidak dari tadi dijelaskan sekalian?
Sekali lagi ya sudahlah, dalam hati saya ingat-ingat datang ke sini mau refreshing jadi tak usahlah ribut atau berdebat.
Kami ganti menu pilihan dengan menu lokal dan menanti di sebuah gazebo tepi pantai di kawasan hotel tersebut.

Setelah mengalami tiga kali kejadian tak mengenakkan sejak tiba di hotel akhirnya keindahan taman dan pemandangan yang disuguhkan oleh d’Season Premiere Jepara terasa lumayan mengobati kedongkolan di hati.
Penataan taman yang artistik berpadu dengan suguhan pemandangan laut membentang di depan mata terasa menyejukkan.
Di tempat ini juga tersedia lapangan bola mini lengkap dengan kedua gawang.



Sisa hari itu kami habiskan dengan menikmati keindahan taman dan pemandangan yang ada di hotel.
Seperti halnya makan siang, makan malam pun kami pesan di resto hotel.
Varian menunya relatif beragam tapi rasa makanannya averange -lah.
Cuma burger dan french fries -nya yang terasa enak di antara menu-menu yang kami coba selama di sana.

Masih soal makanan di d’Season Premiere Jepara ini ada beberapa versi buku menu yang berbeda entah apa alasannya, selain itu tak semua item pada menu tertera tersedia. Bukan karena stok item bersangkutan sedang kosong tapi memang tidak tersedia.
Di dalam kamar, meski sekilas tampak bersih ternyata baru ketahuan aslinya ketika mainan anak kami tak sengaja masuk ke kolong tempat tidur.
Di kolong itu saya temukan botol plastik bekas AMDK entah sejak kapan, sengaja tidak komplain atas situasi tersebut tapi paginya saya pasang tanda permintaan agar kamar dibersihkan ketika kami pergi.
Memang kamar dirapikan, handuk juga diganti baru tapi botol bekas AMDK yang ada di kolong tempat tidur ternyata tak beranjak dari tempat semula.
Mungkin membersihkan kolong tempat tidur memang bukan bagian dari checklist dalam pembersihan kamar.
Penilaian untuk d’Season Premiere Jepara berdasar pengalaman menginap 2 malam:
Service: 2/5
Cleanliness: 2/5
Facilities: 4/5
Room comfort & quality: 3/5
Location: 5/5
Value for money: 3/5
Hari Kedua: Pulau Panjang dan Pantai Bandengan
Pagi hari seusai sarapan di hotel dengan cita rasa average kami menuju ke pantai Bandengan untuk menyeberang ke Pulau Panjang.
Cukup penasaran dengan pulau tersebut karena menurut beberapa penduduk setempat yang sempat kami ajak berbincang katanya bagus. Beberapa blog pun menceritakan pengalaman serupa.
Apalagi dari hotel tempat kami menginap pulau tersebut terlihat cukup jelas.

Saking penasarannya kami sewa kapal dari pantai Bandengan dengan harga Rp 300.000,-
Dalam benak kami Pulau Panjang setidaknya seindah Pulau Cilik atau Menjangan yang pernah kami kunjungi kala ke Karimunjawa akhir tahun lalu.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit sampailah di Pulau Panjang. Saat itu tidak cukup ramai hanya beberapa kapal dengan cat putih (dari Kartini) yang sedang berlabuh dan dua buah kapal bercat kuning (dari Bandengan).
Sampai di pintu gerbang juga terlihat sepi kecuali beberapa peziarah yang akan kembali ke kapalnya.
Pemandangan pertama yang langsung terlihat di pulau ini adalah deretan gubug/kios, kala itu sebagian besar gubug terlihat tanpa aktivitas.
Kami memutuskan berjalan mengitari pulau berharap menemukan hamparan pantai yang indah nan asri.
Ternyata hamparan pantai di pulau ini tak terlalu luas, bahkan terlihat beberapa sampah plastik berserakan di sekitar pantai.

Cukup menyesal juga mengeluarkan uang Rp 300.000,- untuk menyeberang namun tak menemukan keindahan yang dibayangkan sebelumnya.
Karenanya kamipun tak berlama-lama di sana, mungkin hanya sekitar satu jam lalu kembali ke Bandengan.
Penilaian untuk Pulau Panjang:
Water quality: 3/5
Sand quality: 2/5
Additions: 2/5
Cleanliness: 2/5
Di Bandengan kondisi pantainya jauh lebih menarik ketimbang Pulau Panjang.
Kalau tahu begini sejak awal kami bakal pilih main di pantai Bandengan saja tak usah menyeberang ke Pulau Panjang.
Di pantai Bandengan terlihat beberapa pengunjung, tak cukup banyak mungkin karena memang bukan akhir pekan ataupun hari libur.
Meski tak banyak pengunjung namun tetap ada beberapa pedagang yang menyewakan tikar, pelampung, ban apung hingga kano.
Kala jam makan siang tiba kami pun menyeberang jalan di depan pantai untuk menikmati ikan bakar di salah satu restauran. Harganya wajar, masakannya nikmat dan ikannya pun terasa segar. Jauh lebih enak ketimbang masakan di hotel tempat kami menginap.
Karena belum puas maka setelah menyantap makan siang kami putuskan kembali ke pantai Bandengan untuk bermain-main di sana hingga sore hari.

Panas memang tapi kami sendiri tak pernah merasa terganggu dengan terik matahari, keindahan pantainya sulit untuk ditolak hanya demi menghindari sengatan matahari.
Sorenya sekitar pukul 16.00 kami pun kembali ke hotel yang jaraknya tak sampai 1 km dari pantai Bandengan.
Sepanjang perjalanan dari hotel ke Bandengan maupun sebaliknya kami bertemu dengan cukup banyak kambing berkeliaran di sana.
Sesampai di hotel langsung menuju kolam renang untuk berenang setelah membilas diri di tempat yang sudah disediakan.
Mungkin karena sudah lelah bermain di pantai seharian tadi akhirnya sekitar pukul 18.00 anak kami mengajak kembali ke kamar untuk beristirahat.
Penilaian untuk Pantai Bandengan:
Water quality: 3/5
Sand quality: 3/5
Additions: 3/5
Cleanliness: 3/5
Hari Ketiga dan Keempat: Villa Isabella Putri B&B
Hari ketiga seusai checkout dari d’Season Premiere Jepara kami berpindah ke Villa Isabella Putri B&B yang terletak di tepi Teluk Awur.
Sebenarnya menginap di villa ini tidak masuk agenda awal, hanya saja setelah sampai Jepara kami teringat liburan menyenangkan dua tahun silam di kota ini yang kami lewatkan di Isabella Putri B&B ini.
Kebetulan masih ada kamar kosong untuk hari Sabtu tanggal 7, jadilah liburan diperpanjang sehari lagi.
Hal yang paling mengesankan pada liburan kami di Jepara dua tahun lalu adalah kenyamanan, keramahan serta nikmatnya masakan di Villa Isabella Putri B&B ini.
Ternyata kelebihan dan pengalaman positif tersebut masih bisa kami nikmati selama di tempat itu. Bahkan kala makan siang hanya dengan sayur sawi saja langsung terasa nikmat, jauh lebih nikmat dibanding beberapa masakan di tempat menginap sebelumnya.
Secara kebetulan kami juga menempati kamar yang sama dengan kamar yang kami pakai saat menginap di sini akhir tahun 2017 lalu.

Bedanya kali ini kami datang di musim yang lebih baik sehingga kondisi pantai Teluk Awur terlihat jauh lebih indah dibanding kala kami datang kemari pada kesempatan sebelumnya.
Sayang keindahan tersebut terganggu dengan cukup banyaknya kendaraan roda dua yang berlalu lalang di pantai.
Padahal pengelola pantai sebenarnya sudah menyediakan lahan parkir yang cukup lega baik untuk roda empat maupun roda dua.
Pun panjang pantainya juga tak seberapa hingga orang merasa perlu menelusuri dengan kendaraan bermotor.
Mungkin kedepan pengelola perlu memikirkan pelarangan kendaraan bermotor memasuki area pantai.
Selain menebar polusi suara dan udara juga membuat pantai tidak cukup aman untuk bermain. Padahal ombaknya cukup tenang sehingga ideal sebagai tempat berlibur keluarga.
Penilaian untuk Teluk Awur:
Water quality: 4/5
Sand quality: 4/5
Additions: 3/5
Cleanliness: 3/5
Seperti halnya ketika menginap di sini dua tahun lalu kami juga memesan beberapa masakan laut ke Ibu Mia pemilik dan pengelola Villa Isabella Putri B&B ini.
Status penginapan itu memang B&B tapi berdasar pengalaman kami asalkan tidak mendadak tamu bisa request masakan tertentu.
Kali ini kerang segar dan ikan kerapu yang menjadi pilihan kami dan keduanya terasa segar sekaligus nikmat. Pas sekali dipadukan dengan keindahan Teluk Awur.
Selain itu bolognese juga jadi masakan wajib yang harus dicicipi kalau Anda menginap di sini, sebab rasanya benar-benar istimewa.
Sepanjang hari Minggu –nya kami menghabiskan waktu di pantai dari pagi hingga sore hari.



Saking enaknya suasana di penginapan serta cita rasa hidangan yang disajikan kami pun tergoda melakukan late checkout.
Beruntung karena esoknya adalah hari kerja (Senin) maka kamar yang kami tempati masih lowong, kami pun bisa menambah setengah hari jadi checkout pukul 18.00.
Kamipun menyelesaikan tagihan dan berpamitan untuk kembali ke kota Salatiga tercinta karena esok hari semua aktivitas rutin sudah harus kembali dijalani.
Penilaian untuk Villa Isabella Putri B&B:
Service: 5/5
Cleanliness: 5/5
Facilities: 3/5
Room comfort & quality: 4/5
Location: 4/5
Value for money: 5/5
Artikel terkait:
Happily married, father of a wonderful boy, a passionate Content Strategist. Liverpool FC and Melbourne Victory fan. Traditional martial artist.
I’m going to be myself, do what I think is right. If they don’t like it, so be it. ~ Satrio ~|
Read more posts here||
I’m an ISTJ-A