Personal Branding
photo credit: samgichuru.com
Merek pada umumnya diidentikkan dengan suatu produk. Seringkali kurang disadari bahwa sebagai pribadi setiap orang berkepentingan untuk membangun dan bahkan memperkuat merek pribadinya baik dalam hubungan antar personal, bisnis maupun profesional.

Merek dalam marketing didefinisikan sebagai pencitraan yang dibangun oleh perusahaan (corporate) dalam rangka menyampaikan pesan dan membentuk persepsi di benak pelanggan. Merek ini sendiri bisa diterapkan pada perusahaan itu sendiri maupun pada salah satu produknya. Bagi pelanggan sendiri merek menjadi persepsi yang diyakini mengenai kualitas, citra maupun pengalamannya terhadap suatu perusahaan maupun produk.

Pelanggan utamanya di era informasi ini senantiasa dijejali oleh berbagai produk melalui berbagai media baik televisi, media cetak, radio, internet dan bahkan penawaran melalui e-mail.

Sedemikian besarnya informasi yang diterima setiap waktu sementara memori manusia memiliki keterbatasan, karenanya pikiran kita secara otomatis akan menyaring informasi-informasi yang ada hingga pada akhirnya hanya akan tersisa beberapa informasi saja yang tersimpan dalam benak kita.

Alasan inilah yang kemudian menyebabkan berbagai produk berlomba-lomba membangun citra mereknya sedemikian rupa sehingga mereknya dipersepsi positif oleh pelanggan dan memiliki brand awareness yang kuat agar senantiasa melekat kuat di benak pelanggan.
Sebagai contoh: ketika Anda melihat logo CASTROL sekalipun dalam ukuran yang sangat kecil dan hanya dalam sekejap mata pikiran Anda langsung mengatakan bahwa itu adalah CASTROL. Sementara ketika Anda melihat logo sebuah perusahaan susu asal Belanda K****T dengan logo burung bisa jadi pikiran Anda tidak langsung memberikan informasi mengenai produk tersebut atau malah justru mengira bahwa itu adalah logo Kecap Bango karena memang brand awareness-nya tidak kuat di benak pelanggan.
Contoh lain adalah sebuah studi yang pernah dilakukan untuk menguji kekuatan merek Coca Cola dan bagaimana pengaruhnya pada pelanggan. Beberapa orang dipilih untuk mencicipi dua merek cola masing-masing Coca Cola dan P***i Cola. Pada percobaan pertama mereka disuguhkan kedua merek itu dalam wadah tanpa nama (merek) hasilnya hampir 90% menyatakan bahwa rasa P***i lebih enak daripada Coca Cola namun pada pengujian kedua setelah disuguhkan keduanya dengan merek masing-masing ternyata mereka menyatakan bahwa rasa Coca Cola lebih baik daripada P***i.

Ini adalah sebuah contoh betapa pentingnya kekuatan merek pada masa dimana pelanggan senantiasa dipenuhi oleh berbagai informasi mengenai produk hingga pada akhirnya merek yang mampu memasuki persepsi pelanggan-lah yang akan keluar menjadi pemenang .

Uraian di atas hanyalah pembuka yang bertujuan memberikan sedikit gambaran mengenai merek dan arti penting dari sebuah merek. Kembali pada merek pribadi, merek pribadi dapat diartikan sebagai pencitraan yang dibangun oleh seseorang dalam rangka menyampaikan pesan dan membentuk persepsi di benak orang lain.

Setiap pribadi baik disengaja maupun tidak sebenarnya telah memiliki merek pribadi. Anda tentu bisa membayangkan salah seorang teman Anda dan memiliki persepsi tertentu terhadapnya baik positif maupun negatif, demikian pula halnya orang lain juga memiliki persepsi tertentu terhadap Anda. Sampai di sini tentunya Anda juga telah memahami bagaimana merek pribadi menentukan hubungan Anda dengan orang lain baik secara personal, bisnis maupun profesional.

Sebagai pribadi, memiliki merek pribadi yang kuat akan memperkuat nilai-nilai yang ada dalam diri Anda bukan sekedar apa yang Anda lakukan. Ada tiga komponen utama yang menentukan kekuatan merek yaitu: merek tersebut khas, merek tersebut relevan bagi orang lain dan merek tersebut konsisten (McNally dan Speak, 2004).

Merek disebut khas ketika Anda berpikir, memutuskan dan bertindak berdasar pada nilai-nilai yang Anda yakini. Pada proses inilah Anda telah memisahkan diri dari kebanyakan orang sehingga menunjukkan ke-khasan-nya sebab tentunya setiap orang tidak memiliki nilai-nilai hidup yang benar-benar sama. Selanjutnya merek akan menjadi relevan ketika orang lain melihat bahwa apa yang mereka anggap penting adalah penting juga bagi Anda atau dengan kata lain ada ikatan saling membutuhkan antara Anda dengan orang lain. Untuk membangun relevansi Anda harus terlebih dahulu memahami orang lain sebelum orang lain akan mulai mengenal dan memahami Anda. Tahap ketiga adalah menjadikan nilai-nilai merek pribadi Anda konsisten, dalam tahap inilah kredibilitas merek Anda akan teruji.

Untuk membangun sebuah merek pribadi ada dimensi-dimensi yang harus dirangkai sehingga membentuk sebuah merek yang kuat. Dimensi-dimensi tersebut meliputi kompetensi yang Anda miliki, bagaimana Anda menggunakan kompetensi tersebut dan yang terakhir adalah bagaimana Anda menyampaikannya ketika berhubungan dengan orang lain (yang relevan).
Mula-mula kenali dahulu kompetensi yang ada dalam diri Anda, apakah Anda adalah seorang Ayah? Ibu? Pengacara? Pengusaha? Kemudian lanjutkan dengan mengenali nilai-nilai yang ada dalam diri Anda, apakah Anda seorang yang teliti? Cerdas? Open minded? Antikritik? Terakhir kenali gaya Anda, apakah Antusias? Tenang? Enerjik? Ramah?
Padukan antara ketiga dimensi itu dan Anda telah mencapai tahap awal dalam membangun sebuah buycbdproducts pribadi.

Yang utama dalam membangun merek pribadi adalah kejujuran, artinya Anda tidak bisa membangun merek yang konsisten apabila Anda tidak jujur terhadap nilai-nilai, kompetensi dan gaya yang khas Anda miliki. Tidak ada yang lebih buruk selain merek yang tidak konsisten. Hal ini juga berlaku pada merek pribadi. (Satrio A. Wicaksono, Associate SINERGI CONSULTING)

Copyright © 2008 SINERGI CONSULTING