Banyak buku dan tulisan terlalu melebih-lebihkan pengaruh kepribadian, perilaku, kekuatan dan kelemahan seseorang terhadap kemampuan dan efektivitasnya dalam memimpin sebuah organisasi
Faktanya para pemimpin sukses tidak memiliki kesamaan kepribadian, perilaku, kekuatan dan kelemahan antara satu dengan yang lain. Ada pemimpin sukses dengan kepribadian ekstrovert namun ada juga yang cenderung pendiam, ada yang mudah bergaul dan ada juga yang otoriter, ada yang murah hati namun ada juga sebaliknya.
Jelaslah bahwa efektivitas kepemimpinan jauh lebih penting dalam menentukan kepemimpinan seseorang dibanding hal-hal yang disebut di atas.
Lalu apakah yang menentukan efektivitas kepemimpinan? Pertama adalah memiliki pengetahuan yang diperlukan. Pengetahuan tersebut harus memperhatikan dua hal: Kepentingan siapa yang harus didahulukan dan apa yang harus dilakukan.
Mengenai ‘kepentingan siapa yang harus didahulukan‘ telah dibahas dalam tulisan sebelumnya. Kini akan coba untuk diulas mengenai hal kedua yaitu ‘apa yang harus dilakukan?‘
Jack Welch adalah salah satu CEO sukses di dunia selama kepemimpinannya di GE. Pada awal karirnya sebagai CEO di perusahaan tersebut dia tidak tergoda untuk melakukan ekspansi perusahaan ke luar negeri yang bisa jadi akan membuatnya meninggalkan warisan yang akan terus diingat oleh banyak orang.
Welch menyadari pada saat itu meski GE selalu menghasilkan laba yang sangat besar namun mereka tidak pernah menjadi yang pemimpin dalam industri. Karenanya itu menjadi tujuan yang hendak dicapai oleh Welch: kepemimpinan dalam industri dimana organisasi tersebut berada.
Ketika seorang pemimpin bertanya ‘apa yang harus dilakukan?’ maka pilihannya bisa jadi sangat variatif. Namun seorang pemimpin yang efektif biasanya hanya akan memilih satu di antara sekian banyak pilihan.
Faktanya tak ada seorang pemimpin paling jenius sekalipun yang memilih lebih dari satu tujuan di saat yang bersamaan. Lalu jika diperhadapkan pada banyak pilihan manakah yang akan dipilih?
Pilihan-pilihan tersebut selanjutnya akan diurutkan berdasar skala prioritas kemudian dipilih mana yang menjadi prioritas utama.
Para pemimpin sukses memilih satu prioritas dimana bidang tersebut sungguh-sungguh mereka kuasai. Ketika mereka sudah memilih sebuah tujuan maka mereka sangat ketat untuk berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan.
Setelah mereka berhasil mencapai tujuan yang menjadi prioritas utama biasanya mereka tak kemudian beralih pada pilihan yang menjadi prioritas kedua.
Sebaliknya mereka membuat sebuah tujuan baru yang sama sekali beda dari pilihan yang sebelumnya telah ditetapkan dalam daftar prioritas. Hal ini bisa dimaklumi sebab organisasi tumbuh dalam sebuah LSE yang sedemikian dinamis sehingga bisa jadi daftar yang sebelumnya telah disusun sudah tidak lagi relevan.
Pemimpin yang efektif memperhatikan dinamika perubahan LSE setiap saat sebab kelalaian terhadap hal ini bisa jadi fatal bagi sebuah organisasi. Dalam sekejap saja organisasi bisa menjadi “makhluk purba†ketika mereka tidak menyadari perubahan LSE.
Bagaimana dengan hal-hal yang masuk dalam daftar sebagai prioritas kedua dan ketiga? Mereka tak lantas menghilangkannya begitu saja dari daftar melainkan mendelegasikan kepada bawahan yang kompeten.
Pemimpin yang efektif selalu berfokus pada bidang yang mereka kuasai sebab mereka tahu bahwa sebuah organisasi hanya akan berjalan dengan baik dan sehat ketika pimpinan puncak melakukan tugasnya dengan baik.
Happily married, father of a wonderful boy, a passionate Content Strategist. Liverpool FC and Melbourne Victory fan. Traditional martial artist.
I’m going to be myself, do what I think is right. If they don’t like it, so be it. ~ Satrio ~|
Read more posts here||
I’m an ISTJ-A
Comments are closed.