Kondisi keammanan yang dinilai rawan di beberapa tempat dewasa ini ditanggapi oleh masyarakat dengan kembali mengaktifkan Siskamling.
Meski niatnya baik dalam pelaksanaannya kerap tidak mengindahkan masalah utama yang berlangsung saat ini yaitu wabah COVID-19.

Tingkat kerawanan yang terjadi saat ini diyakini sedikit banyak dipengaruhi oleh wabah COVID-19 tersebut. Karenanya tidak mungkin mengatasi sebuah dampak dengan mengabaikan masalah utamanya.

Tak jarang himbauan untuk melakukan physical distancing, menggunakan masker, prosedur/protokol masuk rumah yang meliputi bersih diri (mandi dan keramas) serta melakukan disinfeksi terhadap benda-benda yang digunakan selama aktivitas Siskamling (pakaian, senter, ponsel, dsb.) diabaikan.

Belum lagi selama Siskamling masih dilakukan kegiatan makan, ngopi dan berosialisasi bersama entah di Pos Kamling maupun rumah salah satu warga. Tindakan ini jelas-jelas mengabaikan himbauan untuk menjaga jarak dan tidak berkerumun.

Bijak ber-Siskamling di Tengah Pandemi Corona
Bijaklah ber-Siskamling di Tengah Pandemi Corona

Padahal pengabaian terhadap hal-hal tersebut membahayakan diri sendiri, kelurarga serta masyarakat.
Kita semua berharap wabah ini segera berakhir, karenanya mengabaikan kondisi-kondisi tersebut terasa tidak bijaksana.

Potensi Korelasi Siskamling Tanpa Physical Distancing dengan Pandemi COVID-19
Potensi Korelasi Siskamling Tanpa Physical Distancing dengan Pandemi COVID-19

Melihat kondisi tersebut saya merasa sangat prihatin dan terusik, karenanya disela-sela waktu work from home terbesit sedikit ide model pelaksanaan Siskamling dengan mengindahkan physical distancing.

Ada dua skenario yang terpikir; skenario pertama warga berjaga di halaman rumah masing-masing. Sedangkan skenario kedua tetap dilakukan ronda keliling namun menerapkan pola tertentu untuk meminimalisir kontak fisik jarak dekat.

Dalam dua skenario tersebut sama-sama tidak dilakukan aktivitas berkumpul bersama baik di Pos Kamling maupun rumah salah satu warga.

Opsi skenario Siskamling yang ditawarkan dengan menerapkan physical distancing adalah sebagai berikut:

Contents

SKENARIO 1:

  • Setiap warga bertanggung jawab mengawasi keadaaan dan keamanan di sekitar rumah masing-masing tanpa keluar dari rumah dengan dibekali kenthongan.
  • Pada jam-jam tertentu yang disepakati secara berurutan (sesuai pola yang disepakati) warga secara bergiliran memukul kenthongan dari rumah masing-masing.
  • Dalam hal terdapat kondisi yang tidak wajar/mencurigakan pola pukulan kenthongan diubah sesuai kesepakatan.
  • Selama pelaksanaan Siskamling tetap ada 2 penanggung jawab di setiap ruas jalan yang berjaga dari rumah masing-masing.
  • Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada point (4) melakukan pemeriksaan di lapangan jika terjadi perilaku/situasi tidak wajar/mencurigakan dengan tetap memperhatikan physical distancing dan mengenakan masker.
  • Koordinasi dan komunikasi selain memanfaatkan kenthongan juga didukung media lain (ponsel).

Kelebihan Skenario 1:

    • Warga tetap berada di dalam rumah masing-masing namun nyata bahwa aktivitas pengawasan berlangsung.
    • Pelaksana Siskamling tidak merasa jenuh meski dalam berjaga meski tidak secara langsung bertemu satu sama lain.

Kelemahan Skenario 1:

  • Ada kemungkinan warga yang tertidur atau teralihkan (oleh TV, ponsel, dsb) selama Sisklaming berlangsung tanpa ada sesama warga yang mengingatkan.

SKENARIO 2:

  • Setiap 20 meter cukup 1 atau 2 orang yang berjaga, masing-masing di ujung jalan yang berbeda.
  • Orang yang berjaga dimaksud pada point (1) dipilih dari warga yang tinggal di ruas jalan tersebut.
  • Selama melakukan Siskamling tidak diperkenankan berkumpul pada satu pos/titik.
  • Warga yang berjaga berpos di rumahnya masing-masing.
  • Koordinasi dilakukan menggunakan kenthongan atau alat komunikasi lain yang disepakati (ponsel, dll)
  • Disepakati bersama waktu, pola dan durasinya
  • Dalam kondisi hujan bisa tidak dilakukan pengawasan keliling tapi warga yang bertugas berjaga di teras rumah masing-masing sambil berkoordinasi/berkomunikasi melalui media yang disepakati.
  • Warga wajib mengenakan masker dan membawa hand sanitizer selama melakukan Siskamling.

Kelebihan Skenario 2:

  • Semua ruas jalan terawasi (Lihat Lampiran Gambar di bawah)
  • Karena setiap ruas jalan saling terhubung maka otomatis koordinasi dan komunikasi bisa terjadi lebih intens tanpa mengabaikan physical distancing.

Kekurangan Skenario 2:

  • Keterbatasan jumlah SDM (warga) menjadikan durasi bisa menjadi panjang.
  • Warga yang bertugas merasa jenuh.
  • Semua warga yang bertugas harus melakukan protokol bersih diri (mandi, keramas) serta proses disinfeksi terhadap pakaian dan semua barang yang digunakan selama melakukan Siskamling.
Pola Siskamling dengan Menerapkan Physical Distancing
Skenario 2 Pola Siskamling dengan Menerapkan Physical Distancing

Model skenario 2 ini bisa dimodifikasi misalnya peronda ruas jalan vertikal bertugas pada pukul 22.00,00.00 dan 02.00.
Sedangkan yang bertugas di ruas horizontal bertugas pukul 23.00, 01.00 dan 03.00.
Atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi di masing-masing lingkungan.

Secara pribadi saya memilih skenario 1 dengan mempertimbangkan kondisi saat ini (wabah COVID-19) dimana skenario 1 cenderung lebih praktis karena kalau tidak ada kondisi tidak wajar/mencurigakan warga yang melakukan Siskamling tidak keluar dari halaman rumah sehingga tidak repot melakukan prosedur bersih diri dan disinfeksi sesudahnya.

Skenario 1 juga tentu saja lebih aman dari paparan COVID-19 dari benda di luar atau apapun yang memang tak bisa diawasi dengan mata telanjang.

Jangan lupa bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah menjaga keamanan lingkungan, bukan kumpul-kumpul/bersosialisasi. Ini bukan saatnya bersosialisasi secara langsung, jangan sampai karena ingin mengantisipasi suatu masalah kita justru menjadi sumber masalah untuk hal lain (COVID-19).

Waktu istirahat yang cukup pun menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga sistem imunitas tubuh. Tak bijak tentunya kalau Siskamling dilakukan hingga lewat tengah malam di luar rumah hingga warga yang berjaga tak punya cukup waktu istirahat.

Benar bahwa penciptaan kehidupan dan kematian sepenuhnya adalah hak Tuhan, tapi selama hidup Tuhan menuntut pula tanggung jawab kita untuk menjaga dan melindungi diri kita serta orang lain di sekitar kita.
Jangan sampai karena sikap sembrono sengaja menantang bahaya lalu malah Tuhan yang kita tuntut pertanggungjawaban.

 

Bijak-lah ber-Siskamling di Tengah Pandemi Corona. Jangan sampai alih-alih mengantisipasi masalah Anda justru jadi sumber masalah lainnya.