Sementara perhatian media dan penggemar gelaran balap Formula 1 tertuju pada para pembalap papan atas seperti Vettel, Raikkonen, Alonso, Hamilton dan sebagainya sambil menimbang-nimbang siapa diantara mereka yang bakal merebut gelar juara dunia Grand Pirx Formula 1 2013, para pembalap junior di tim-tim papan tengah dan papan bawah beradu membuktikan siapa yang paling layak disebut sebagai pembalap masa depan F1.

Pembalap Masa Depan F1

Meski performa tim Lotus di seri Bahrain cukup mengejutkan dengan menempatkan kedua pembalapnya di podium namun penampilan Paul di Resta bersama Force India lah yang sebenarnya lebih layak menjadi sorotan di GP Bahrain kemarin. Selama beberapa lap di Resta nampak memiliki peluang untuk berdiri di podium pada akhir lomba sebelum akhirnya semakin kedodoran melawan mobil-mobil dari tim-tim yang lebih mapan.
Seusai seri Bahrain nampak sekali bahwa perasaan di Resta begitu campur aduk. Disatu sisi dirinya sadar bahwa peluang baginya untuk masuk dalam daftar jajaran pembalap elit F1 semakin terbuka, sementara di lain sisi dirinya masih terbeban melampiaskan sakit hatinya pada McLaren dan Mercedes AMG yang telah mendepaknya hingga ia harus berakhir ke tim kelas dua seperti Force India.

Di tim McLaren Sergio Perez menjawab kritikan Whitmarsh yang menganggapnya terlalu lemah dalam bertarung di sirkuit dan membiarkan mobil-mobil tim lain melewatinya dengan mudah. Meski Whitmarsh ketika melemparkan kritik pedas pada Perez kala itu tentu tidak berharap pembalap mudanya bakal bersikap agresif terhadap Jenson Button namun setidaknya penampilan Perez kemarin memulihkan kepercayaan tim kepadanya. Dan yang harus diperhatikan bahwa dalam catatan perjalanan karirnya baik di GP F3 maupun GP2 Perez memang terkenal sebagai pembalap yang agresif, karenanya apa yang dilakukan Perez pada Button kemarin seharusnya bukan merupakan kejutan bagi tim McLaren. Sejak awal tentulah mereka sudah tahu pembalap macam apa yang mereka rekrut untuk mendampingi Button.

Masuk ke jajaran pembalap Formula 1 dengan minim pengalaman memang bukan hal mudah bagi pembalap asal Finlandia Valtteri Bottas yang berada di balik kemudi Williams, masalah yang sama juga sempat dialami oleh Pastor Maldonado sebelumnya. Namun dengan dukungan Mika Hakkinen dan salah satu pemegang saham tim Williams: Toto Wolff, Bottas merupakan salah satu pembalap muda yang potensial masuk ke daftar jajaran pembalap elit F1 dalam beberapa tahun ke depan. Tentu Hakkinen tidak akan sembarangan merekomendasikan pembalap muda ini pada tim Williams jika dirinya tidak melihat potensi besar yang dimiliki Bottas

Di antara kesemuanya tentu Jules Bianchi yang bergabung dengan tim Marussia lah yang paling banyak mendapat sorotan. Penampilannya baik sebelum masuk ke Formula 1 maupun selama berada di sirkuit F1 membuat para petinggi Ferrari terkagum-kagum akan pembalap muda binaan Ferrari ini.
Tahun depan bisa jadi tim kuda jingkrak asal Itali ini belum akan memberikan kursi bagi Bianchi namun jika Massa tetap tidak juga cukup memberikan kontribusi bagi tim atau Alonso tak kunjung konsisten dengan penampilannya maka sudah pasti Bianchi akan menjadi salah satu kandidat terkuat untuk mengemudikan mobil merah tersebut di ajang Formula 1.

Namun yang paling penting diperhatikan bahwa beralih dari ajang balap kelas junior ke ajang Formula 1 bukanlah sebuah transisi yang mudah, sekalipun pembalap tersebut datang dari ajang GP2.
Terbukti banyak pembalap yang sukses di karir juniornya gagal total setelah masuk ke Formula 1.

Faktor teknis dan non teknis seperti sorotan media serta kritikan fans memberikan tekanan ekstra bagi para pembalap muda F1. Tengok saja pengalaman Grosjean tahun lalu yang mencatat (serta menyebabkan) banyak kecelakaan dan masih harus menjawab pertanyaan wartawan seusai kejadian demi kejadian tersebut.
Namun suka atau tidak suka, itulah bagian dari pekerjaan dan konsekuensi mereka sebagai pembalap di ajang balap roda empat paling bergengsi di dunia. Karenanya selain kualitas teknis, kekuatan mental turut mengambil porsi yang sama dalam memberikan kontribusi bagi kegagalan ataupun kesuksesan mereka di ajang Formula 1.