Tak terasa sudah lewat setahun sejak terakhir kali raungan mesin Formula 1 terdengar hingga ke apartemen kami yang berada di Carlton saat digelarnya ajang 2013 Australian Grand Prix di Albert Park sebagai seri pembuka musim balap Formula 1 2013 lalu. Beberapa hari ke depan Melbourne sekali lagi masih mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah seri pembuka musim balap Formula 1 tahun 2014.
Banyak hal yang sangat dinanti oleh F1 mania di seluruh belahan dunia terkait dimulainya musim balap 2014 nanti, perubahan regulasi yang berdampak signifikan adalah salah satunya. Harus diakui bahwa dominasi Red Bull Racing F1 selama bertahun-tahun mulai membuat penonton bosan seperti halnya masa era kejayaan Schumacher beberapa tahun lalu.
Dominasi Red Bull Racing F1 nampaknya segera berakhir, setidaknya jika ditilik dari hasil test sebelum digelarnya seri Australian GP ini terlihat bagaimana tim-tim yang mengandalkan mesin Renault tampak tidak reliable. Sebaliknya tim-tim yang menggunakan mesin Mercedes-Benz terlihat begitu kuat selama beberapa kali gelaran tes resmi.
Selain tim Mercedes AMG F1 yang merupakan representasi resmi dari Mercedes di ajang Formula 1, Williams Martini F1 dan McLaren adalah dua tim lain yang mengandalkan dapur pacu Mercedes. Dari ketiganya hanya McLaren yang masih belum tampak meyakinkan meski terlihat ada perbaikan dibanding situasi mereka tahun lalu.
Contents
Mercedes AMG F1
F1 mania tentu masih ingat bagaimana terkejutnya banyak pihak ketika mengetahui bahwa Lewis Hamilton sang mantan juara dunia rela meninggalkan McLaren demi bergabung dengan tim Mercedes AMG F1 yang kala itu tak lebih dari sekedar “anak kemarin sore”.
Di sisi lain tim McLaren yang disinggahinya semenjak awal karirnya di Formula 1 kala itu dianggap sebagai tim yang jauh lebih mampu memberinya dukungan untuk kembali menjadi juara dunia. Sedangkan Mercedes yang sebelumnya dengan berani “membangkitkan” sang legenda Michael Schumacher dari masa pensiunnya yang tenang untuk menjadi pembalap utama mereka selama ini dianggap tak lebih dari sekedar tim penggembira di gelaran Formula 1.
Terlepas dari berbagai rumor yang melatarbelakangi kesediaan Hamilton bergabung dengan tim Mercedes pastinya keputusan “terpaksa” tersebut terbukti menempatkan juara dunia terakhir berkebangsaan Inggris tersebut pada posisi yang lebih baik ketimbang memaksa bertahan bersama McLaren.
Tak seorangpun kala itu memprediksi bahwa Mercedes bakal menjadi salah satu tim terkuat di tahun 2013, dan tak seorang pun kala itu percaya bahwa McLaren bisa terdepak dari jajaran tim elit Formula 1.
Saya masih ingat sekali kala berada di sesi autograph jelang 2013 Australian Grand Prix di Albert Park, Melbourne. Pengunjung yang mengantri untuk memperoleh tanda tangan dari pembalap tim McLaren sudah berbaris panjang berjam-jam sebelumnya, sementara antrian di stage tim Mercedes jauh lebih pendek. Demikian pula serbuan penggemar Formula 1 di stand Merchandise tim Mercedes AMG yang tampak sepi-sepi saja dibandingkan McLaren.
Meski bukan patokan namun fenomena di atas cukup rasanya menjelaskan bagaimana penggemar F1 mempersepsi kedua tim tersebut.
Kini di musim balap 2014 bukan hanya Mercedes berada bersama jajaran tim elite Formula 1 lainnya namun lewat performa yang ditunjukkan selama sesi pengujian resmi beberapa waktu ini Mercedes bahkan menjadi favorit juara dunia baik konstruktor maupun pembalap.
Pembalap yang difavoritkan tentu adalah Lewis Hamilton yang bukan hanya pernah menjadi juara dunia namun juga dianggap lebih potensial ketimbang rekan setimnya Nico Rosberg.
Secara pribadi saya tidak menganggap Lewis lebih layak diunggulkan ketimbang Nico. Memang Lewis pernah menjadi juara dunia sementara Nico belum. Namun sama halnya seperti penilaian saya terhadap Valtteri, Nico sepanjang karirnya belum pernah berada di tim dan kondisi yang memungkinkannya mejadi juara dunia.
Baik Lewis maupun Nico keduanya bisa dibilang pembalap satu angkatan, keduanya sudah bertemu dan saing berkompetisi di ajang yang lebih rendah sebelum akhirnya sama-sama menapak karir di ajang tertinggi Formula 1. Prestasi keduanya di ajang Formula 3 maupun GP2 bisa dibilang setara, hanya saja Lewis lebih beruntung mendapat dukungan optimal ketika naik kelas ke ajang Formula 1 sementara Nico masih harus lebih bersabar.
Tahun lalu peruntungan Nico mulai berubah, seiring dengan membaiknya prestasi Mercedes membaik pula prestasi pembalap asal Jerman ini. Pensiunnya Michael (Schumacher) sebagai pembalap utama tim Mercedes dan bergabungnya Lewis menjadi faktor lain yang mendukung perbaikan prestasi Nico.
Bersama Michael, Nico hanya dianggap bayang-bayang. Bahkan secara terus terang dia menyebut bahwa input dan keberadaannya kurang dihargai oleh tim selama keberadaan Michael. Wajar saja yang satu adalah juara dunia tujuh kali sementara yang lain bahkan belum pernah menjadi runner up juara dunia.
Bersama Lewis, pihak Mercedes lebih menghargai masukkan yang diberikan oleh Nico untuk pengembangan mobil. Lewis dan Nico meski memiliki prestasi yang tidak setara hingga saat ini namun dianggap setara oleh tim.
Kemampuan Nico untuk “mengasuh” ban Pirelli yang daya tahannya begitu buruk selama tahun 2013 sambil terus menjadi pembayang mobil Red Bull F1 yang begitu perkasa musim lalu adalah salah satu bukti skill Nico yang layak membawanya menjadi juara dunia. Ditambah lagi dengan kepribadiannya yang tidak banyak mengeluh dan low profile rasanya gelar juara dunia hanyalah soal waktu bagi Nico. Kesabarannya selama bertahun-tahun tampaknya akan segera terbayar lunas tak lama lagi.
Dibandingkan Lewis, Nico tampak sebagai seorang pembalap yang lebih fokus, taktis dan penuh perhitungan. Sepanjang karirnya Nico tidak pernah menunjukkan gaya mengemudi yang agresif, dan kemampuannya menguasai lima bahasa juga menguntungkan ketika berkoordinasi dengan tim engineer dalam mengembangkan performa mobil.
Banyak pengamat juga mengamini kondisi ini, bahkan banyak yang terang-terangan menyebut bahwa Nico pada dasarnya lebih pintar dibanding Sebastian (Vettel), perbedaan kekuatan mobil-lah yang menjadikan Seb mengungguli Nico sejauh ini.
Apapun itu yang paling diuntungkan adalah tim Mercedes AMG F1, mereka memiliki dua pembalap dengan karakter yang bertolak belakang namun keduanya mampu bekerja sama memberikan input dalam pengembangan mobil. Keunggulan mesin Mercedes dan mobil terbaru mereka W05 sejauh ini tentu tak lepas dari kontribusi kedua pembalap tersebut.
Williams Martini F1
Williams Martini F1 di lain pihak tampak bersinar, setelah ditinggalkan oleh Maldonado dan sponsor yang dibawanya bukannya semakin surut namun salah satu tim tertua di Formula 1 ini justru menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya. Bukan hanya sukses merekrut Felipe Massa yang ‘dibuang’ oleh Ferrari namun tim ini juga berhasil membajak beberapa orang penting dari Red Bull Racing F1 dan Lotus F1.
Siapa yang menyangka bahwa keputusan tim asal Inggris ini untuk tidak memperbarui kontraknya dengan Renault sebagai penyedia mesin yang dikarenakan nilai kontrak yang ditawarkan oleh Renault dianggap melebihi budget Williams justru membawa mereka pada kondisi yang menguntungkan bersama Mercedes.
Terakhir, mereka juga mendapat keuntungan lainnya yang tak lain adalah pinangan Martini untuk menjadi Title Sponsor mereka yang mengubah nama resmi tim ini dari Williams F1 menjadi Williams Martini F1. Bergabungnya Martini sebagai sponsor tim memang sebuah keberuntungan, bagaimana tidak. Pabrikan spirits asal Italia ini semula ingin meminang Ferrari dan McLaren, namun berhubung dana yang ditawarkan dianggap terlalu kecil untuk kedua tim tersebut maka Martini harus mencari pilihan lain.
Di lain pihak, Williams F1 yang meski pernah menjadi tim tersukses di Formula 1 dan melahirkan banyak nama juara dunia sedang dalam kondisi terpuruk selama beberapa tahun terakhir. Karena itu tawaran Martini seolah merupakan oase mengingat kondisi tim tersebut saat ini.
Tidak cukup sampai di situ, meski semua mata saat ini tertuju pada Felipe Massa namun tim yang pernah membawa Damon Hill yang merupakan “pembalap biasa saja” menjadi juara dunia ajang balap mobil paling bergengsi di dunia tersebut masih memiliki satu senjata rahasia yang ada dalam diri pembalap keduanya; Valtteri Bottas.
Bottas memang tidak setenar Massa, namun itu bukan salahnya. Pembalap asal Finlandia tersebut selama ini hanya belum berada di tempat yang tepat saja. Tengok saja bagaimana kiprahnya yang sempat meraih pole position dan berada di posisi 8 tahun lalu dimana tim nya sedang tidak dalam kondisi mampu memberikan dukungan terbaik. Selain itu seperti sudah pernah ditulis pada posting sebelumnya, Bottas masuk ke Formula 1 dengan dukungan mantan juara dunia Mika Hakkinen. Meski sama-sama berasal dari negara yang sama namun Mika tentunya tak bakal mempertaruhkan reputasinya untuk mendukung seorang pembalap muda jika tidak dinilainya memiliki potensi.
McLaren F1
McLaren berambisi mengembalikan posisinya sebagai tim elit di Formula 1 setelah musim yang buruk tahun lalu. Restrukturisasi yang mengembalikan keterlibatan Ron Dennis meski secara tidak langsung serta kehadiran mantan Principal tim Lotus Eric Boullier sebagai Racing Director menunjukkan keseriusan tim ini memulihkan nama baiknya. Di balik kemudi mantan juara dunia Jenson Button yang menyadari usianya makin uzur tentu akan berusaha maksimal mencatat prestasi terhormat sebelum usia memaksanya pensiun dari balapan paling bergengsi di dunia itu. Pengalaman dan kecerdasan Jenson sebagai pembalap bahkan mendapat pujian dari sang boss Ron Dennis yang menyamakan kualitasnya dengan Ayrton Senna. Senna sendiri mempersembahkan tiga gelar juara dunia untuk McLaren.
Selain itu pembalap kedua mereka Kevin Magnussen juga berasal dari keluarga pembalap. Kevin tak bisa dipandang sebelah mata, di satu sisi keberadaannya bagi McLaren bisa dianggap sebagai potensi di masa depan dan pada sisi lain mampu memberi tekanan pada Jenson untuk bekerja lebih keras jika tak ingin dipermalukan oleh junior-nya.
Di luar Mercedes AMG, McLaren dan Williams Martini masih ada tim lain yang mengusung mesin Mercedes dan bisa membuat kejutan sewaktu-waktu. Tim yang dimaksud tak lain adalah Sahara Force India. Dua pembalapnya yaitu Nico Hülkenberg dan Sergio Perez bagai bom waktu yang siap meledak. Nico memiliki ambisi untuk membuktikan diri setelah lamarannya ditolak oleh Ferrari, sementara Perez juga masih menyimpan sakit hati karena didepak oleh McLaren. Barisan sakit hati di kubu Force India bakal mati-matian membuktikan dirinya dihadapan tim lawan
Menanti Kejutan Renault dan Ferrari
Semua prediksi yang ada hingga hari ini tentu hanya berdasarkan asumsi dan fakta yang ditunjukkan selama test resmi maupun kualifikasi jelang Australian Grand Prix. Bahkan diyakini bahwa performa yang ditampilkan di seri pembuka yang berlangsung di sirkuit Albert Park masih belum menunjukkan potensi sebenarnya dari masing-masing tim.
Justru tim kelas dua seperti Toro Rosso tampaknya bisa memberi harapan lebih baik bagi Renault ketimbang Lotus
Mungkin ya, mungkin juga tidak. Sejauh ini terlihat bagaimana Ferrari menunjukkan konsistensi yang lebih baik dibanding tahun lalu meski belum se-reliable Mercedes. Sementara diantara tim-tim yang mengusung dapur pacu Renault hanya Red Bull yang menunjukkan prestasi meyakinkan sejauh ini meski sempat bermasalah saat sesi test beberapa waktu lalu. Sementara untuk tim Lotus saat kualifikasi di Albert Park mobil milik Pastor (Maldonado) sempat harus didorong. Meski Lotus berambisi memimpin tim yang ditenagai oleh mesin Renault namun tampaknya harapan itu masih terlampau muluk untuk saat ini. Bahkan saya sendiri ragu jika Grosjean bakal mampu mengulangi prestasi gemilangnya tahun lalu. Sementara Maldonado tak lebih dari pembalap pengeluh dan besar kepala. Terus terang pindahnya Pastor ke Lotus bisa menjadi bencana bagi tim asal Inggris ini
Bagi penggemar F1 sejati tentu tak ada yang lebih mengasyikkan selain persaingan yang ketat antar tim, bukan dominasi sebagaimana masa kejayaan Michael dengan Ferrari maupun Sebastian dengan Red Bull.
Pada seri pembuka tahun lalu Lotus membuat kejutan dengan menempatkan Kimi sebagai juara, akankah muncul kejutan lain pada seri pembuka tahun 2014 ini? Kita tunggu saja dua hari kedepan.
Tentu akan menjadi sebuah catatan dalam sejarah Mercedes di ajang Formula 1 jika salah satu tim pengguna mesin Mercedes memperoleh posisi terhormat di seri pembuka dan mampu muncul sebagai juara pada akhir musim balap nanti. Namun apapun itu Albert Park akan tetap tercatat sebagai sirkuit pertama yang menggelar balapan Formula 1 dengan mesin 1.6 liter V6 Turbo. Bahkan faktanya tak sedikit penggemar Formula 1 yang berharap bisa mendengarkan secara langsung “merdunya” suara mesin V6 ini.
Albert Park selalu menjadi sirkuit favorit saya semenjak sirkuit tersebut menggantikan posisi Adelaide sebagai tuan rumah Australian Grand Prix pada tahun 1996. Bukan hanya karena Melbourne selalu mendapat tempat istimewa di hati saya namun juga karena pembalap favorit saya Jenson (Button) pernah menjadi juara setelah memulai balapan dari posisi juru kunci pada tahun 2011.
Happily married, father of a wonderful boy, a passionate Content Strategist. Liverpool FC and Melbourne Victory fan. Traditional martial artist.
I’m going to be myself, do what I think is right. If they don’t like it, so be it. ~ Satrio ~|
Read more posts here||
I’m an ISTJ-A
One Reply to “Berharap Albert Park Jadi Saksi Kejayaan Mercedes”
Comments are closed.