Hari ini tepat sebulan kami tinggal di Melbourne, tanpa terasa waktu berjalan cepat sekali… banyak kejadian konyol dan bikin ketawa kalau ingat…
Sebulan yang lalu aku pertama kali menginjakkan kaki di kota ini, pengalaman pertama langsung terasa menyenangkan terutama karena urusan di bandara Tullamarine yang lancaaaar banget… Dan secara fisik aku tidak terlalu kecapekan, baby Jethro (nama untuk anak pertama kami) di kandunganku juga baik-baik saja.
Dari bandara kami langsung mencari taksi menuju ke tempat tinggal yang sudah kami pesan di Bell City, Preston. Supir taksinya ramah, dia bercerita tentang cuaca di Melbourne sampai profil sim card handphone yang tersedia di sini. Suamiku yang lebih banyak mengobrol dengan si supir taxi karena aku terlalu sibuk memperhatikan jalan dan terpesona dengan keteraturan, kebersihan, dan mulusnya jalan yang kami lalui. Sebenarnya bukan pertama kali aku ke luar negeri, beberapa tahun sebelumnya aku pernah ke Nederland, tapi tetap saja aku terkagum-kagum…hehehe…maklum orang udik… :peace:
Sekitar 30 menit kemudian kami sampai di Bell City dimana kami akan tinggal sekitar sebulan sampai 5 minggu sambil mencari tempat tinggal lain yang mengijinkan bayi (Bell City tidak mengijinkan ada bayi karena khawatir mengganggu tamu yang lain). Bell City adalah student accommodation yang merupakan jaringan hotel, jadi proses booking bisa dilakukan dari Indonesia dengan membayar booking fee. Proses check in tidak berlangsung lama karena kami hanya tinggal membayar biaya menginap untuk sebulan dan tanda tangan perjanjian sewa. Segera setelah itu kami ke kamar, dan membongkar koper seperlunya, karena disini hanya sementara jadi koper tidak semuanya dibongkar.
Urusan mengatur barang selesai, sampai disini aku rasanya cuapeeek banget tapi kemudian ternyata kusadari cuma karena kelaparan…hehehe… Aku terakhir makan di pesawat subuh saat jam sahur dan itu sudah mendekati jam 12 siang, biasanya jam segitu aku udah ngemil macam-macam :malu:
Seperti kutulis diatas, banyak pengalaman konyol sebulan ini, beberapa di antaranya:
Contents
Lhooo…ga ada semprotan, ga ada ciduk…ntar gimana ni… :omg:
Masuk kamar mandi buru-buru mau buang air kecil, langsung duduk di tempatnya, trus sebentar kemudian aku baru bingung…lo kok ga ada semprotannya..cuma ada tisue (ingat kan kalo di Indonesia toilet duduk dilengkapi dengan semprotan ato keran yang bisa diputar untuk membasuh diri setelah buang air kecil/besar). Keluar aku langsung heboh bilang ke suamiku…waaahh…gimana donk ntar urusannya kalo ga ada semprotan gini, aku bilang kl berarti kita harus cari ciduk…mendesak dan penting demi kenyamanan hidup hehehe… :silau:
Waaa…dingiiin + makanan mahaaal banget :mataduitan:
Sudah lapar kelas berat, jadi aku mengajak suamiku makan di restoran yang ada di lantai dasar Bell City saja, kalo keluar mesti nyari dulu udah ga kuat. Suamiku tanya aku mau pake jaket ga? Aku bilang ga usah kan cuma di bawah (kamar di lantai 2, restoran di Groundfloor). Kami pun berangkat, lihat menunya, wuiii aku langsung kaget soalnya otak langsung otomatis mengkonversi harga dari dolar Australia ke Rupiah. Lihat harga burger $18 = Rp 180.000,- trus mi goreng $ 15 = Rp 150.000,- padahal itu yang murah, kalau yang lain harganya sekitar $ 23 – 30, trus minumnya coklat panas segelas harganya $ 5 = Rp 50.000,- waaa….sekali makan siang habis Rp 500.000-an padahal cuma makan biasa aja… :sempoa: Aku inget dulu berdua sm temen dosen yg lain pernah nraktir mahasiswa yang mau maju lomba debat di Mina Kencana aja habis ga sampe segitu udah makan 10 orang…hehehe… Suamiku bilang suapaya aku berhenti mengkonversi, kl dikonversi terus ntar ga jadi makan…hehehe…
Setelah pesan menu, mulai kerasa…ternyata ga pake jaket adalah pilihan yang salah…dingiiin banget… akhirnya aku minta tolong suamiku balik ke kamar (lantai 2) ngambilin jaket hehehe… :hmm:
Setelah makan, aku ga kerasa capek lagi… tadinya setelah makan kami mau tidur aja, tapi akhirnya kami memutuskan cari supermarket, siapa tau ketemu ciduk… :semangat!: Sebelumnya di lift saat mau turun makan kami ketemu bule yang menginformasikan letak supermarket terdekat, tapi setelah makan (mungkin krn msh jet lag) kami sama-sama lupa…tadi si bule bilang dari gerbang ke kiri ato kanan ya?… :pusing:
Akhirnya kami pilih jalan ke kanan, kami berjalan pelan-pelan sambil ngobrol…setelah dua lampu traffic lights (tadi kata si bule begitu) akan ada papan petunjuknya, tapi kami tengak-tengok…kok ga ada ya… akhirnya ya udah balik aja, tapi mampir bikin foto dulu di pinggir lapangan. Na..trus keliatan ada KFC, aku bilang suamiku, beli KFC bucket aja ya, ntar bucketnya bisa buat ciduk… :silau:
Kami pun masuk ke KFC, trus aku mengamati papan menu, ternyata ga seperti di Indonesia ada bucket yang isinya 7 wings ternyata disini yg pake bucket isinya luar biasa buanyak, ayamnya kl ga salah 6 ptg, ditambah 6 kentang, ditambah lupa cola, ditambah apa lagi dan apa lagi ga inget namanya…pokoknya di gambar porsi besaaar banget… Wah, gimana caranya ngabisin, trus seketika aku bilang ke suamiku “ga jadi aja…” dan langsung berjalan keluar, (padahal waktu itu KFC-nya sepi dan aku udah berdiri di depan counter) suamiku sambil keheranan ikut keluar… Sebelum suamiku bilang sesuatu, aku udah ketawa duluan dan bilang santai aja ga ada yg kenal wkwkwkwk… :melet:
Nyebrang jalan
Disini kalo mau nyebrang jalan di traffic light ada tombol yang dipencet, trus tunggu lampu gambar orang menyala hijau baru kita nyebrang, kalo di tempat yg ga ada traffic lights-nya, biasanya mobil akan berhenti dan member jalan. Sebenarnya aku udah dikasih tau suamiku soal itu, tapi kebiasaan dari negara asal dimana mobil ga mau ngasih jalan ke pejalan kaki, jadi pas nyebrang aku lari… :ninja: wkwkwk… aku sadar setelah liat supir mobilnya ketawa…hihihihi… :swt3:
Self check out di Supermarket
Ada salah satu supermarket di Melboune Central namanya Coles, disana tersedia dua layanan untuk bayar, melalui kasir seperti biasa atau tanpa kasir (self check out), kami memutuskan kita coba yang self check out aja, kan belum pernah… :hmm: Suamiku mulai memindai barcode di meja yang tersedia, barang yang sudah diberikan ke aku untuk dimasukkan ke tas yang tersedia, nah di tempat memasukkan barang tidak boleh diletakkan barang lain, kau ga tau jadi tas tanganku ta taruh juga disitu beserta minum dan dompet…ternyata mesinnya ga mau meneruskan “please remove items from bags area” diulang-ulang, sampe ada karyawan yg datang…padahal tasku udah langsung ta ambil… hehehe…malu d… :malu: untung ga ada yg kenal…wkwkwk…
Ada apa dengan KFC?
“all 8,90” kata karyawan di KFC aku langsung mengeluarkan uang untuk membayar… trus tidak berapa lama pesananku diserahkan dan kuterima sambil bingung kok ada tempat kecil seperti tempat pudding ya?kan aku ga pesen…lalu aku duduk di tempat suamiku menunggu. Melihat makanan yang kubawa, suamiku tanya..kok ga ada french fries-nya?… Aku jawab tadi aku pesen, kok ga ada ya?… trus suamiku tanya, tadi aku bilang apa waktu pesan… wkwkwkw…aku langsung ketawa, soalnya tadi kok aku bisa lupa ga bilang chips (orang Aussie menyebut french fries dengan chips)tapi bilang potato wkwkwkwk….konyoool banget pantesan dikasihnya mashed potato… :melet:
Disangka Orang Jepang dan China
Ketika masih tinggal di Bell City pernah suatu ketika seorang pria Jepang tidak bisa membuka pintu. Kebetulan saya dan suami sedang berada di situ. Karena suami sedang mengambil pakaian dari ruang laundry maka saya membukakan pintu untuk si Jepang. Setelah dibuka si pria Jepang ini buru-buru berkata: “Arigato gozaimasu!”
Saya setengah bingung tidak tahu pasti maksudnya, sementara saya masih terpaku kebingungan harus jawab apa suami datang kemudian senyum-senyum sambil menjawab ke si Jepang “No Worries!” Barulah si Jepang ikut tersenyum dan sadar bahwa saya bukan orang Jepang :hmm: . Untunglah waktu SMA suami pernah belajar bahasa Jepang meski menurut pengakuannya selalu dapat nilai 4 di rapor :melet:
Masih di Bell City tapi di saat yang berbeda ketika naik lift sendirian di dalam lift sudah ada seorang ibu-ibu China (atau Hong Kong… entahlah…) dan seorang cowok bule. Si ibu tampak kebingungan dan sepertinya tidak bisa berbahasa Inggris. Memang di Bell City penghuninya sebagian besar orang asing dari berbagai negara baik international student, ekspatriat ataupun turis.
Si cowok bule berusaha membantu si ibu, namun si bule tidak tahu persis apa yang dikatakan si ibu tadi. Begitu pula si ibu tetap dengan bahasa China-nya berusaha berkomunikasi dengan si bule.
Ketika melihat ke arah saya si bule langsung berkata “Can you translate for me?” :pusing:
Setelah saya jelaskan saya orang Indonesia si bule mengangguk-angguk dan tersenyum. Untung setelah mengamati “bahasa tubuh” si ibu saya bisa menduga bahwa room key-nya tidak berfungsi lalu saya ajak saja dia ke resepsionis :senyum:
Masih ada lagi yang lain, tapi ceritanya ntar lain kali ya… sering-sering aja cek di sini… atau langganan aja dengan memasukkan alamat email di kolom bagian kanan atas… :ok: yang jelas pengalaman itu menyenangkan diingat dan melengkapi pengalaman tinggal di Melbourne… :senyum:
Oi ya thanks ya suamiku yang jadi kena malu kalo aku melakukan tindakan konyol…wkwkwkwk… :peace:
Proud wife and mom. Academic Staff at Fakultas Hukum UKSW, a current Melbourne Law Masters Student.
I’m actively search for the positive side of everything ~ Indirani Wicaksono ~
Read more posts by this author here||
mba, bolehkah saya email ke mba untuk bertanya informasi mengenai melbourne (Unimelb) ??? Saya penerima beasiswa world bank yang akan kuliah di Unimelb Juli 2013 dan berencana membawa isteri. Terimakasih sebelumnya.
Silakan Pak. Langsung di comment juga boleh, salah satu dari kami akan mencoba menjawab kalau memang bisa kami jawab.
Terimakasih atas respon nya mas satrio dan mba indirani. Salam kenal sekali lagi .. :senyum: ada beberapa pertanyaan berkaitan dengan melbourne :
– Berapa besarnya initial cost (biaya awal) bulan2 pertama di Melbourne?
– Berapa biaya hidup rata-rata sebulan di Melbourne? (apakah cukup allowance sebesar 1650 Dollar Australia untuk 2 orang, saya dan isteri).
– Mungkinkah kami dapat memperoleh akomodasi sewaktu masih berada di Indonesia (saya bedomisili di Yogya), sehingga sewaktu saya berangkat ke Melbourne dapat langsung menuju ke apartemen pilihan?
Besar keinginan saya untuk membawa isteri, saya membaca pengalaman mbak indirani dan mas satrio koq hampir mirip ya dengan apa yang saya alami saat ini :senyum: contohnya isteri saya bersikeras untuk jalan bersama2 kesana, jika tidak bersama2 lebih baik tidak usah diajak :senyum: membaca pengalaman keluarga wicaksono di bloq ini membuat saya mempunyai rujukan untuk saya dan isteri ke Melbourne nanti.
Terima kasih sebelumnya.
Warm Regards.
Memang lebih asyik pergi berdua Pak… :)
Kalau dari pengalaman saya, biaya awal di Melbourne sangat ditentukan dari kondisi akomodasi yang pertama kali disewa.
Jika mendapat apartemen yang full furnish maka tidak perlu banyak membeli barang, tapi kalau mendapat apartemen yang unfurnished ya lumayan banyak barang-barang yang harus dibeli.
Kami sendiri ketika pindah ke apartemen yang kami tempati sekarang harus membeli beberapa barang, harga yang termasuk murah disini bisa didapatkan di IKEA (ada artkelnya di sini)
Selain kondisi apartemen yang disewa, pengeluaran di awal bisa jadi besar karena belum tahu tempat belanja barang-barang kebutuhan sehari-hari, termasuk kebutuhan makan dan minum.
Di Melbourne (city) ada beberapa pusat perbelanjaan yang cukup besar dan rutin menawarkan diskon, saya dan suami biasa belanja di Woolworth, Coles, dan Aldi.
Untuk kebutuhan makan, sebenarnya prinsipnya sederhana Pak, kalau banyak jajan (makan di luar) pengeluaran jadi besar, tapi kalau masak sendiri jauh lebih irit. Sebagai gambaran, (ini makan di tempat biasa aja, bukan restoran besar) harga 1 porsi nasi dan 2 atau 3 lauk sekitar A$ 7-12; sementara harga beras 1 kg sekitar A$ 2-4 (tergantung jenis berasnya), daging ayam paha per kilo A$5; sayap ayam A$4 per kilo; telur isi 12 A$4; sayur bayam A$3 per ikat ukuran sedang; sawi A$2 per ikat ukuran sedang.Jadi kira-kira harga yg hrs dibayar untuk 1 porsi makan diluar udah bisa buat makan sehari untuk 2 orang :).
Kalau pas jalan-jalan kalau mau berhemat bisa menyiapkan sandwich atau semacam twister (kl beli di KFC). Untuk minum, kalau mau hemat ya bawa dari rumah, harga setu gelas kopi ukuran small AUD 3,5, sementara nescafe isi 12 harganya hampir sama :).
Kalau soal biaya hidup per bulan di Melbourne sangat dipengaruhi harga sewa apartemennya Pak… Kalau dapat harga sewa apartemen murah ya biaya hidupnya jadi rendah ;) (dengan catatan urusan makan ga banyak jajan).Untuk soal akomodasi bisa lihat artikel di sini. Kalau mau sharing rumah dan/atau tinggal agak jauh dari kota, sewa apartemennya jauh lebih murah.
Sebagian besar teman dari Indonesia yang kuliah di UniMelb memilih tinggal di daerah Brunswick (sharing rumah, tinggal agak jauh dari kota ± 5 km – kalo ke kota naik kereta/tram), per bulan AUD 600-900.
Sebagai perbandingan, studio apartemen atau apartemen satu kamar (tidak sharing, < 2 km atau 10 menit dari kota), perbulan AUD 1100-1400 belum termasuk listik dan air. Kalau saat ini masih di Jogja rasanya tidak mungkin untuk langsung mendapat apartemen sendiri mengingat peraturan di sini mewajibkan inspeksi bagi calon penyewa. Pilihannya adalah tinggal di akomodasi sementara seperti kami dulu di LeStudent 8 (±10 km dari UniMelb tapi suasananya lebih tenang) atau Arrow on Swanston (± 2 km dari UniMelb) atau coba saja gabung di milis yahoogorups IndoMelb biasanya ada teman-teman yang menawarkan tempat tinggalnya untuk sementara. Kesimpulannya AUD 1650 untuk 2 orang, ya bisa dibuat cukup Pak dengan standar hidup nyaman... ^_^ Untuk urusan jalan-jalan, kalau mau jalan-jalan dengan biaya minimal, disini banyak sekali tempat yang bisa dikunjungi Pak... Apalagi kalau suka pantai, biaya yang dibutuhkan cuma untuk bayar tram/kereta sekitar AUD 3,5 per 2 jam. Jadi kali ke pantai yang lumayan jauh dari kota seperti Brighton... biayanya ya AUD 3,5 tadi udah pulang-pergi. Ada beberapa tempat wisata yang harus beli tiket untuk masuk, tapi untuk ukuran disini tidak termasuk mahal juga kok Pak, dengan AUD 1650 kalo berhati-hati masih cukup Pak... Syukur lagi kl bisa dapet apartemen yang murah, malah bisa jalan-jalan keluar kota Melbourne (naik kereta aja supaya irit) :P Soal kemungkinan mendapat akomodasi permanen sebelum berangkat sepertinya sulit Pak... kalau untuk tidak permanen bisa memanfaatkan tawaran-tawaran di.... Semoga membantu Pak, kalau ada yang ingin ditanyakan monggo saja, siapa tau kami bisa menjawab... :)