Beberapa temanku bilang kalo aku sungguh diberkati karena mendapat beasiswa studi lanjut, berangkat studi ditemani suami, dan juga segera dikarunia anak karena aku hamil. Setahun kemarin aku memang mempersiapkan diri untuk studi lanjut di luar negeri, keputusan yang tentu saja kuambil bersama dengan suamiku. Beruntungnya aku karena suamiku bukan orang kantoran tapi wiraswastawan, pokoknya akses internet lancar dimanapun tidak jadi masalah. Ini penting buatku karena aku hanya mau berangkat studi ke luar negeri kalau ditemani suami…hehehe… :melet:
Keberuntunganku tidak sampai disitu saja, pimpinan FH dimana aku berkerja juga memberikan dukungan, aku dibiayai mengikuti kursus IELTS dan juga tes IELTS yang tidak murah. Persiapan IELTS kulakukan di Language Training Centre UKSW agar dapat diatur waktunya di sela-sela bekerja, kalau tesnya di IDP Semarang. Beruntung lagi karena dengan satu kali tes sudah mencapai standar yang dipersyaratkan Universitas yang ingin kutuju.
Contents
Memilih Tempat Studi
Aku sengaja memilih untuk studi di Australia, sebuah negara dengan sistem hukum yang berbeda dengan Indonesia. Di Australia terdapat grup yang terdiri dari Universitas yang dianggap terbaik di Australia (Top Eight Universities) dari situ aku mencari yang memiliki Faculty of Law atau School of Law dan membuka course di bidang Intellectual Property. Setelah membuka berbagai website selama beberapa minggu, akhirnya aku menetapkan akan mendaftar ke University of Melbourne (akhirnya aku kuliah disini), Adelaide University, dan Monash University. Website perguruan tinggi yang kubuka rata-rata sangat informatif dan up to date, sangat memudahkan calon mahasiswa untuk mencari informasi. Contohnya di Melbourne Law Master, kita dapat melihat detail dari tiap subject bukan hanya tanggal dan jadwal pelaksanaan, tapi juga bagaimana penilaian akan dilakukan, siapa pengajarnya dan bagaimana profilnya.
Pendaftaran ke Universitas-universitas tersebut kulakukan lewat IDP Semarang, agen pendidikan yang memang menfokuskan diri dalam membantu calon siswa yang akan belajar ke luar negeri. Dalam proses selanjutnya IDP juga membantu pengurusan visa ke Australia sehingga aku tidak perlu ke Jakarta. Menurutku pengurusan lewat IDP sangat membantu karena staf disana ramah dan professional ditambah pula untuk layanan yang diberikan tidak ada biaya yang harus kita bayarkan.
Melamar Beasiswa Dikti
Aku melamar beasiswa Dikti karena menurut informasi dari salah seorang rekan yang telah lebih dahulu memeprsiapan studi lanjut, beasiswa dikti punya kuota yang besar sehingga peluang untuk mendapat beasiswa lebih besar pula ditambah lagi besaran uang beasiswa relative sama dengan sumber beasiswa yang lain. Seharusnya aku mencoba juga melamar ke pemberi beasiswa yang lain karena setelah sampai disini dan bertukar cerita dengan dosen dari negara lain yang mendapat beasiswa AUSAID, besaran living cost yang diterima dan settling in allowance lebih besar dari AUS AID dengan jumlah yang lumayan untuk hidup di Australia. Ditambah lagi, ketika berangkat dana beasiswa sudah dikirimkan. Bagi yang belum tahu, sampai hari ini saya belum menerima dana beasiswa dari Dikti yang menurut cerita memang biasa terlambat dikirim :nangis: .
Informasi mengenai beasiswa Dikti saya dapatkan dari website Dikti, informasi di web site tersebut memuat persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan lamaran. Singkatnya proses mendapatkan beasiswa dikti terdiri dari tiga tahap: melakukan pendaftaran online, mengirimkan berkas lamaran, dan wawancara. Jika dilihat tahapannya nampaknya sederhana, namun waktu tunggunya lamaaa, mungkin terasa lama karena jadwal yang tertera di website tidak sesuai dan tidak ada nomor kontak yang bisa dihubungi, email yang dikirim ke alamat yang diberikan tidak dijawab, dan tidak ada informasi di website.
Setelah melalui semua tahapan itu, singkat cerita diumumkan bahwa aku dinyatakan lolos dan mendapat beasiswa untuk studi lanjut. Senang sekali tentunya, namun tentu saja masih ada tahap selanjutnya yang harus dilakukan. Berdasarkan informasi di surat pengumuman, penerima beasiswa harus mengirimkan berkas-berkas lagi ke Dikti dan mengikuti pembekalan yang jadwalnya akan diberitahukan kemudian. Disini juga perlu kesabaran karena jadwal kapan pembekalan tidak jelas, padahal waktu kuliah dimulai sudah mendekat. Berdasarkan informasi dari IDP, aku diminta untuk meminta surat sponsor terlebih dahulu agar dapat segera mengurus CoE (Confirmation of Enrollment) dari Melbourne University. Setelah menunggu selama dua minggu dan menanyakan via email (yang kadang tidak dijawab), akhirnya dijawab bahwa Surat Sponsor bisa diambil. Beruntunglah aku karena salah seorang pegawai adik yang tinggal di Jakarta bisa diminta mengambilkan surat itu. Sayang sekali setelah dikirim ke University of Melbourne, surat sponsor tersebut dimint auntuk diperbaiki karena tidak ada nama dan alamat invoice yang jelas, dan tidak menyebutkan Program Studi yang ditujui. Kendala ini ternyata bukan saja aku yang mengalami, namun juga oleh lima orang lain yang akan studi ke Melbourne University. Dan tentu saja waktu yang dibutuhkan untuk mendapat surat sponsor yang baru cukup lama. Untunglah aku mengurus lewat IDP karena mereka ikut membantu dengan menghubungi pihak Melbourne University.
Terlambatnya surat sponsor ini berbuntut pada terlambat pula Confirmation of Enrolment (CoE) terbit, dan terlambat pula pengurusan visa bisa dilakukan. Pengurusan visa pelajar memerlukan CoE sebagai syarat, kalau syarat yang lain sudah sejak jauh hari aku lengkapi dan serahkan ke IDP. Setelah CoE didapat, aku segera melakukan tes kesehatan dan karena aku hamil, aku juga hasus melakukan tes hepatitis B. Seluruh tes kulakukan di RS Elizabeth Semarang. Dan ternyata ada kendala teknis yang membuat hasil tes-ku tidak bisa langsung dikirim ke Kedutaan Australia, mundur kira-kira seminggu.
Penundaan ini membuat CoE yang ada kadaluarsa, dan kedutaan Australia menolak memberikan visa kecuali ada CoE yang baru. Aku segera menghubungi Admission Manager School of Law Melbourne University, ternyata yang bersangkutan sedang cuti sehingga aku harus berhubungan dengan orang lain, orang tsb menyarankan agar aku menunda intake untuk bulan Februari.
Email itu membuatku kecewa luar biasa, karena seketika terbayang kalau aku tidak jadi berangkat setelah semua persiapan dan kendala yang sudah kulalui. Melihat perubahan ekspresi wajahku, suamiku segera memelukku, setelah aku lebih tenang suamiku mengingatkan bahwa aku harus yakin bahwa apa pun yang terjadi pasti untuk kebaikan karena Tuhan beserta kita. Keadaan sekarang kan belum pasti, jadi lakukan yang bisa dilkukan dan menerima apa pun hasil akhirnya.
Akhirnya setelah berbagai percakapan via email, Admission Manager kembali dari liburan, dan mengatakan bahwa aku mendapatkan ijin untuk terlambat enroll karena keterlambatan itu bukan sengaja kulakukan. Dia akan menghubungi pihak Universitas agar segera membuatkan CoE yang baru sebagaimana diminta Kedutaan Australia. Rasanya lega luar biasa, kerena berarti aku jadi berangkat studi lanjut.
Penundaan keberangkatan ke bulan Februari adalah hal sulit untukku karena pada saat itu bayiku baru berusia sekitar 3 bulan, dan beradaptasi di lingkungan baru dengan seorang bayi tentu tidak mudah. Jadi kalau tidak berangkat sekarang, kemungkinan besar aku tidak jadi studi lanjut ke luar negeri dan berarti pula kami mengeluarkan biaya yang cukup besar dengan sia-sia .
Berangkat ke Melbourne
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba, kami berdua berangkat ke Melbourne. Perjalanan di mulai dari Salatiga ke Semarang lalu ke Jakarta, di Jakarta kami menginap satu malam baru kemudian esoknya melanjutkan perjalanan ke Melbourne. Sebelum berangkat aku harus melapor dulu ke Dikti, untuk dibekali dengan SPPD yang harus aku mintakan tanda tangan di Konsulat Jenderal. Suamiku mensyaratkan menginap semalam mengingat kondisiku yang sedang hamil, dia khawatir aku terlalu capek :malu: .
Ketika aku merenungkan pengalaman hampir batal berangkat studi dan memikirkan mengapa hal itu terjadi serta mengapa pula akhirnya saat ini aku bisa berangkat, jawabnya hanya satu, karena Tuhanku sayang padaku. Ia ingin aku selalu ingat bahwa aku bisa mengalami ini dan itu adalah karena Tuhan menolongku, Ia ingin aku ingat bahwa semuanya boleh terjadi hanyalah karena berkat Tuhan. Sekarang aku mensyukuri pengalaman itu karena membuatku semakin yakin bahwa Tuhan memeliharaku dan keluarga kami. (:senyum: Indirani :senyum:)
Proud wife and mom. Academic Staff at Fakultas Hukum UKSW, a current Melbourne Law Masters Student.
I’m actively search for the positive side of everything ~ Indirani Wicaksono ~
Read more posts by this author here||