Proses transformasi kepemimpinan acapkali memberikan beban yang cukup besar pada seorang pemimpin yang baru saja menduduki posisinya. Terlebih jika organisasi yang dipimpinnnya tak memiliki cetak biru arah pengembangan organisasi.

Dalam keadaan demikian, pemimpin baru akan cenderung merasa begitu banyak tugas dan masalah yang harus diselesaikan hingga seakan waktu 24 jam sehari tak pernah cukup.

Tak hanya itu, pemimpin baru sering kali juga terbebani dengan harapan para stakeholder yang tentu memiliki kepentingan tidak sama satu dengan yang lain.

Beban yang terasa sedemikian banyak sementara masih banyak hal juga yang harus dipelajari oleh pemimpin baru sebelum membuat perancanaan dan keputusan tak jarang mendatangkan rasa frustrasi di awal masa kepemimpinan.

Situasi ini sebenarnya dapat dihindari, atau setidaknya dimanajemen sehingga seorang pemimpin baru bisa tetap produktif di awal tugasnya.

Prioritas

Pertama-tama adalah dengan bersikap realistis terhadap prioritas jangka panjang. Ketika seorang pemimpin tidak dapat atau belum menentukan apa yang menjadi prioritas utama yang hendak dicapai dalam periode kepemimpinannya, maka yang bersangkutan akan cenderung terjebak melakukan banyak hal sekaligus yang pada akhirnya justru menjadi tidak efektif.

Mungkin organisasi tersebut memang sedemikian parahnya hingga banyak hal yang mesti diperbaiki. Atau perubahan lingkungan sekitaran eksternal yang tiba-tiba memaksa organisasi melakukan perubahan pada banyak bidang.

Meski demikian, tidak menentukan apa yang menjadi prioritas utama sebuah periode kepemimpinan adalah langkah awal yang akan membawa kepemimpinan pada kondisi tidak efektif.

Umumnya, sebuah periode kepemimpinan hanya efektif dengan menentukan empat hingga lima hal untuk menjadi prioritas pencapaian. Karenanya penting untuk mengidentifikasi empat hingga lima hal yang paling mendesak untuk diselesaikan.

Tuliskan empat hingga lima prioritas tersebut dalam secarik kertas dan tempatkan di meja Anda. Setiap hendak melangkah, merencanakan dan memutuskan tengok dahulu apa yang telah ditulis itu. Kemudian tanyakan apakah yang hendak dilakukan ini relevan dengan prioritas-prioritas tersebut.

Kedua, pastikan bahwa prioritas jangka menengah dan jangka pendek relevan pula dengan prioritas jangka panjang.

Pastikan bahwa prioritas jangka menengah dan jangka pendek sesuai dengan agenda kepemimpinan yang telah ditentukan, yang mana tertera dalam prioritas jangka panjang.
Sama halnya seperti prioritas jangka panjang, bersikaplah disiplin ‘mengawal’ setiap taktik, tindakan dan keputusan agar tetap mengacu pada prioritas yang telah ditentukan.

Penyimpangan terhadap agenda kepemimpinan hanya akan membawa pada tindakan-tindakan yang tidak produktif.

Ketiga adalah pendelegasian yang efektif. Biasanya seorang pemimpin baru masih membawa ‘kebiasaan lama’ nya sebagai pemimpin aras bawah yang suka mengambil alih tugas dari bawahan jika dinilai kurang tangkas.

Dalam level kepemimpinan aras bawah tindakan demikian bisa dimaklumi, bahkan dalam beberapa situasi bisa menjadi solusi pemecah kebuntuan. Namun ketika kebiasaan ini dibawa ketika berada dalam posisi pemimpin senior tentu akan menjadi sebuah masalah besar: krisis kepemimpinan.

Pemimpin senior harus memiliki kemampuan dalam hal pendelegasian tugas. Kunci dalam pendelegasian adalah membentuk tim yang kuat dan kompeten kemudian mintalah mereka untuk merancang skenario dan strategi untuk mengatasi persoalan-persoalan.

Jangan minta tim tersebut untuk memberikan solusi atas suatu masalah, tapi minta mereka merancang strategi dan skenario untuk diusulkan. Jika gagal berarti tim tersebut tidak cukup kompeten.

Keempat, bangunlah ‘benteng’ Anda sendiri. Seperti sudah disinggung dalam tulisan sebelumnya bahwa pemimpin perlu kejernihan pikiran untuk membuat keputusan yang tepat.

Karenanya minimal tiga puluh menit dalam waktu kerja sediakan saat dimana Anda ‘mengunci diri’, mematikan ponsel untuk merenungkan pekerjaan dan tanggung jawab sebelum membuat keputusan.

Tanyakan pada diri sendiri ketika itu: apa hal terpenting yang harus dilakukan hari ini? Bagaimana tindakan hari ini akan berdampak pada masa depan?

Ingat jika seorang pemimpin tak menyediakan ‘benteng’ bagi dirinya sendiri maka tak seorangpun yang akan ‘membangunkan benteng’ untuknya. Jika sampai terjadi maka pemimpin biasanya akan gagal menentukan prioritas antara hal-hal mendesak dengan hal-hal penting.

Kelima, perhatikan baik-baik tim dan bawahan Anda. Apakah selama ini mereka sudah terbiasa dan terlatih sebagai orang-orang yang berpikir ‘mencegah masalah’? Atau terbiasa sebagai tim ‘pemecah masalah’.

Jika tim dan staf Anda adalah mereka yang terbiasa memecahkan ketimbang mencegah masalah maka bisa dipastikan masalah akan terus menggerogoti organisasi dan kepemimpinan Anda.(Satrio)

Comments are closed.